Aku sekarang
lagi banyak hutang. Entah aku kemanakan aja tu duit, cepat bener habisnya.
Mungkin ini yang disebut duit ga’ barokah. Kalo dipikir-pikir mang benar. Aku
kuliah pake’ duit negara. Tapi bukannya belajar yang giat. Aku malah
males-malesan. Sampe’ pernah dua kali ga’ ikut tes gara-gara ketiduran. Satunya
UTS dan satunya lagi quis. Kalau cuman masalah tugas ga’ usah ditanya berapa sering aku ga’ ngumpulin. ya,
itu sedikit keadaanku di perkuliahan.
Entah ini
menjawab masalah hutangku apa ga’. aku ga’ tahu. suatu hari aku dapat tawaran
kerja dari temenku, tepatnya hari-,,,wah, ternyata aku lupa harinya apa-. Dan
oh men, shit. bayarannya gede banget. Cuman 6 hari kerjanya sama kaya’
beasisiwa yang aku dapet selama sebulan. Tapi kendalanya, kalo ikut ini kerja, ada
mata kuliah yang harus aku korbankan karena waktunya ada yang bentrok. Ikut apa
ga’ ya. Dilema boy. Satu sisi aku butuh banget tu duit, tapi di sisi lain aku
harus niggalin kuliah yang itu menjadi amanah buat ku. Ahirnya, Aku memilih
bekerja dengan merelakan beberapa jam mata kuliah. Ya, duit memang bisa
memenangkan segalanya. Dan aku kalah. Aku mengorbankan komitmenku, mengorbankan
harga diriku. Dan untuk ini, kau boleh menyebutku tidak lelaki. Tapi
dipikir-pikir- dengan sisi gelap otakku- ga’ salah juga melakukan ini. Ini juga
kan untuk bayar hutang. Tapi masih ada yang mengganjal di dada. Ada suara yang
mengatakan bahwa yang ku pilih ini
kurang benar-asseeek-. Tapi ngomong seperti itupun aku juga ga’ tau pasti apa
yang harus ku pilih. Aku benar-benar membutuhkan jawaban dari langit untuk ini.
Dan harinya
telah tiba untukku bekerja. Hari pertama aku kebagian shift siang. Mulai dari
jam 12.00 sampai jam 20.00. kau tak perlu tau aku kerja apa. Poko’nya halal.
insyaAllah. Hari pertama berjalan kurang baik. Aku cuman kerja 1 jam. Karena
aku harus mengantarkan temenku pulang. Kenapa? Karena, waktu briffing kan aku
sempet nangkep disuruh bawa temen kalo ada. Soalnya sumber dayanya masih
kurang. Dan aku dapat temen satu yang ngebet banget pengin ikut. Apalagi alasannya
kalo bukan karena bayarannya gede. Tapi ternyata pas hari H-waktu itu- sudah ga’
bisa nambah sumber daya lagi. Apa boleh dikata. Temenku ga’ bisa kerja. dan tentu saja aku harus pulang mengantarkannya. Jadi, hari pertamaku
kerja gagal. It’s ok, masih ada esok. Mungkin kau bertanya-tanya-asseeek-
kenapa aku ga’ balik lagi aja setelah nganterkan dia pulang. Tempat kerjanya
lumayan jauh bung, dan kerja yang ku lakukan ini berhubungan dengan data. Kalau
ada waktu yang terbuang. Datanya jadi ga’ valid dan kerjaanku sudah ga’ bisa
dipake’.
Hari
berikutnya aku kebagian shift pagi. Mulai dari jam 5 sampai jam 12.00. jadi aku
harus bangun setidaknya jam 3. Buat mandi sekalian. Kira-kira Jam setengah 4
aku bangun. Kopler. Biasanya aku bangun buat sholat shubuh aja sulit bener.
Wah, ternyata kalau urusannya sama duit memang beda. Setelah selesai sholat
shubuh, aku buru-buru berangkat, takut ga’ sampai sana tepat waktu. Di
perjalanan, aku dapet firasat bahwa aku takkan sampai ke tempat kerja. Dan
ternyata benar, Setelah berpuluh menit berjalan,
KRAAATAK!!Bunyi apa itu. Tiba-tiba aku ga’ bisa lagi melajukan motorku. Aku berhenti tepat beberapa meter sebelum Traffic Light menuju Rungkut. Kira-kira jam setengah 5 an. wah bahaya ni, keadaan masih lengang. Gelap dan begitu sepi. Gimana ni, Gimana kalau ada om-om genit yang masih berkeliaran. Nasib kegadisanku gimana?! Oh tidak, siapapun tolong aku.
Aku turun dan
kumatikan mesin motorku. Wah, ternyata
rantainya putus. Perkiraanku sedikit meleset. Yang ku kira aku akan berhenti
cuman karena rantainya selip, ini malah rantainya putus. Gimana ni? Aku mencoba
berpikir setenang yang ku bisa. Kalau bawa motor sampai asrama lumayan jauh.
Tapi jam segini mana ada bengkel yang buka. Kalo nunggu sampai buka kelamaan.
Lagian aku ga’ ada duit sepeserpun. Apa aku sms teman aja biar nanti aku di
dorong. Bentar-bentar, hello??? Minta bantuan temen-temen jam segini. Pake’ apa
buat ngebangunin mereka. Kalau pake’ air seember iya. Ga’ ada cara lain boy.
Jadi gini, aku kasih tau kondisinya. Temen-temenku itu kalau mau bangun
sulitnya minta ampun-termasuk aku. ckakakakak. Ada satu kalau ga’ baru mau
shubuh dia ga’ bisa tidur. Jadi secara tiba-tiba, ketika di masjid-masjid sudah
diputerin bacaan sebelum shubuh, dia secara ajaib langsung terlelap. Itu lagu
nina bobo’ buat dia. kau miscall berkali-kalipun ga’ bakal ngaruh ma dia.
Jangankan miscall, ada anjing depan kontrakan mekahirkanpun dia ga’ bakal
bangun(Lha?!$%). ada satu yang tidur dalam kondisi apapun pasti ngorok-tidur
macam ini yang ga’ peka sama sekitar-. Dimanapun! baik di gunung yang suhunya
sampe’ minus, dia cuman pake’ baju seadanya, di kontrakan yang nyamuknya minta
ampun ganasnya yang selalu bikin aku paling ga’ bisa bertahan hidup di situ.
Sama dia malah ga’ mempan. Jadi kalo darahnya dia yang dihisep nyamuk
dikumpulin, cuman satu malam saja, cukup
buat menuhin donor darah satu kampung. Ada lagi, yang seperti ini beberapa
orang, memang lumayan mudah bangunnya, tapi bangun cuman buat pindah tempat
tidur. jadi kalau aku tampilkan pada sebuah alur, kurang lebih seperti ini [tidur-bangun-duduk-pindahtempat-duduk-tidur].
Sebuah siklus yang ga’ berahir. Dan ada lagi satu, kalau dibangunin, posenya
malah kaya jablai lagi degerayangi, iiih. Dia tidur atau mau jual diri. Amit-amit mbo’. saya
masih normal. Ya seperti itulah, jadi ga’ ada harapan jika mau minta bantuan ma
mereka jam segini.tapi mereka pasti sholat shubuh, sesulit dan seberat apapun rintangannya.
sambil melihat
rantai motorku yang putus, aku mengambil keputusan. aku akan bawa sendiri motorku. Jika masalah sekecil ini aku langsung minta bantuan, sedikitpun aku tak
pantas disebut lelaki. Sekarang aku harus buktikan bahwa diriku lelaki. lagian,
aku sepertinya perlu memikirkan beberapa hal saat di perjalanan. Hal-hal yang menggangguku. dan aku membutuhkan waktu-waktu
seperti ini untuk benar-benar memikirkannya. Ya, dan langit sepertinya telah
memberikan jawabannya.
Bebepa menit berjalan, ada seorang bapak datang dari seberang menawarkan bantuan untuk mendorong.
“ terima kasih pak, tapi udah deket koq” “ooh” ” makasih pak”. Bapak yang baik. Ya, Kau boleh bilang aku bego’ karena menolak pertolongan orang yang ikhlas ini. Tapi boy, jarak yang harus ku tempuh masih jauh, aku tak ingin menyusahkan orang lain sedangkan aku masih bisa melakukannya sendiri. Aku akan melakukannya sendiri. Ya, kau boleh bilang juga bahwa aku kekanak-kanakan. mempertahankan tekad yang konyol. Tapi boy, jika hanya karena ini aku malah kehilangan tekadku, aku tak pantas disebut lelaki.
kulanjutkan
kembali perjalananku. Tak lama berselang, ketika di atas jembatan mer. Ada 2
orang ABG berboncengan malu-malu menghampiriku. Anak SMA kukira.“mau di dorong mas?”
“wah, makasih de’, tapi dah deket koq” “mmh, bener mas?” “iya, makasih de’” “ya
udah, kami duluan mas”. Anak-anak muda yang baik. Ya, kupikir orang seperti
merekalah yang paling mengerti arti sebuah pertolongan. Mungkin saja mereka
nakal. Coba pikir, shubuh-shubuh gini dari mana mereka kalo bukan baru pulang
dari main di rumah temannya-Maaf de’ kalo salah, berkaca waktu aku di kampung
soalnya. Tapi karena seperti itulah mereka lebih peka terhadap yang terjadi di
sekitar. Tak kalah dengan orang-orang yang memikirkan negara ini untuk lebih
baik. Mungkin memang hal-hal kecil yang mereka sumbangkan. Tapi dari hal kecil
itulah semuanya bermulai. Yang penting kita tidak sesukanya saja mengklaim
sesuatu seolah kita yang paling benar. Ya, jika ingin membuat negara ini jadi
lebih baik, kita harus bisa lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitar..
Sampai juga
diperumahan Galaxy. Di perjalanan, aku bepapasan dengan warga yang sedang
olahraga pagi. Tapi dilihat-lihat koq semuanya warga tionghoa, ga’ ada warga
pribuminya. Kemana mereka semua. Pasti mereka masih dia atas kasur, bergelut mesra
dengan bantalnya -Maaf saja kalo salah. Ya, soalnya Aku pun akan seperti itu
jika berada di kamar. Ckakakakak -. Ironis, mereka yang bukan muslim lebih
memahami arti dari sebuah pagi. Sedangkan kita sendiri yang mengaku seorang
muslim yang taat, Setelah sholat shubuh malah tidur lagi- iya kalau sholat
shubuh(tepat waktu)-.
Tak lama
kemudian. Tetap di jalan galaxy. Aku berpapasan dengan seoarang nenek. Beliau baru saja menghentikan gerobaknya untuk
berjualan. Jadi teringat emmakku di rumah. Dalam hati, gimana aku bisa mengeluh,
aku mungkin cuman satu kali melakukan ini, tapi nenek itu setiap pagi
melakukannya. Dan bagaimana aku bisa malu melakukan ini, aku yang tak merawat
motorku dengan baik, aku sendiri yang harus bertanggung jawab, dan mengambil
istilanya pak suharmadi- semoga beliau cepat diberi kesembuhan atas sakitnya-aku tak ingin terjebak dalam kemasan. Cuman
karena kuliah, bukan alasan untuk malu melakukan kerja kasar. Ya, semoga kita
semua bisa berpikir dengan baik dan jernih dan mampu merealisasikan apa yang
kita pikirkan. lagian, aku kuliah karena dapat beasiswa yang juga diambil
dari pajak nenek tadi. semua warga negara inilah yang telah menguliahkanku. Brengsek,
tapi apa yang telah kulakukan untuk membalas budi mereka. Aku kuliah saja ga’
becus. Ya, aku harus berubah. Ini janjiku. Dan
lelaki tidak akan mengatakannya sampai dua kali.
Sampai lupa,
aku belum memberitaukan apa yang menjadi jawaban atas masalahku. Lupakan
sajalah. Aku takkan memberitahukannya pada kalian. Biarkan ini hanya aku dan
Dia yang tahu. Baik, baik. Akan ku beri sedikit bocoran.
“Amanah itu bukanlah hal yang bisa aku lakukan dengan setengah-setengah, karena di atas pundakku itu ada hak banyak orang. Berat memang. Tapi jika aku menyerah dengan hal sekecil ini atau aku pura-pura tidak tau dan seenaknya saja mengabaikannya, Maka Aku tak pantas disebut lelaki”
“Amanah itu bukanlah hal yang bisa aku lakukan dengan setengah-setengah, karena di atas pundakku itu ada hak banyak orang. Berat memang. Tapi jika aku menyerah dengan hal sekecil ini atau aku pura-pura tidak tau dan seenaknya saja mengabaikannya, Maka Aku tak pantas disebut lelaki”
Dan kuputuskan
untuk tidak melanjutkan pekerjaan ini. Ahirnya sampai juga. Tepatnya jam 05.45.
perjalanan yang lumayan lama, tapi langkah lelaki takkan berhenti cuman karena lelah
sekecil ini.
Di gerbang asrama, aku disambut kicauan
burung-burung, menari riang di atas pepohonan. Embun menyegarkan, menetes dari atas
daun dan rerumputan. Pagi yang cerah, cahaya matahari menelusup lembut di
antara pepohonan dan gedung-gedung asrama. Aku ingin bisa menikmati ini setiap
hari. Setelah berlelah-lelah. Ketika kita telah sampai pada tujuan, semuanya
akan benar-benar terasa lebih indah.
No comments:
Post a Comment