Monday, December 31, 2012

Seribu warna Mahameru

Monday, December 31, 2012

             Jika terjadi, maka dalam hitungan hari aku akan berada di puncak Semeru. Puncak tertinggi di jawa, puncak yang belakangan ini orang-orang ingin berada. Dan aku sendiri? Mungkin aku juga termasuk, tapi mungkin juga tidak. Karena semakin sering aku memikirkannya, ternyata semakin membuatku tak begitu mengerti apa tujuanku pergi ke sana. Semakin membuatku bingung apakah aku benar-benar menginginkannya.

22-12-12
Kami mulai bersiap menaiki motor, di pelataran jalan di depannya kontrakan bumi marina emas utara f-119, kurang lebih jam 10 an. Aku tak mengetahui masing-masing perasaan dari temanku, tapi perjalanan yang akan baru di mulai ini, mengantarkanku pada ketenangan yang, bahkan aku sendiri tak tau dari mana datangnya. Assseeek.

Bulan menggantung tenang
malam redup melukis awan
anginpun mengalun pelan.
Selamat jalan untuk kami
sampai jumpa untukmu


Sesampainya di bungurasih, tak butuh waktu lama, kami mendapatkan bis yang akan mengantarkan ke terminal arjosari, malang. Setelah menaruh tas carrier di bagasi, kami berebutan masuk bis dengan penumpang lain. Berdesaka-desakan, seperti saat pembagian sembako, ntah kenapa orang Indonesia lebih suka dengan keadaan seperti ini, ketimbang antri dengan rapi, mungkin ada alasan psikologis tentang ini, seperti misal karena orang Indonesia senang sekali bersosialisasi, dan keadaan ini sekaligus bukti bahwa mereka sangat senang sekali berdekatan dengan yang lain, sampai mencium-cium ketiak orang disampingnya pun tidak masalah. Oh kawan, tidak bisakah kalian lebih higienis sedikit saja. Awalnya aku mencoba bersikap tenang, ah, tapi mata mulai memerah dan air liur menetes dengan ganas, “THIS IS WAR, kursi itu milik gueh!” 


           
Setelah di dalam bis, aku buru-buru memilih kursi yang kosong sekaligus membokingkan teman-teman yang lain, teman yang sudah masuk duluan juga melakukan hal yang sama. Sebenarnya ku pikir melakukan ini aga’ sedikit curang, jadi untuk bapak-ibu sekalian, kami mohon maaf untuk ketidak nyamanannya, atau mungkin juga tidak, karena ini sudah menjadi hal yang sangat wajar, jika boleh sedikit agamis, izinkan saya menjelaskannya; hal yang sudah menjadi kebiasaan ini adalah hukum yang tak tertulis, karena semua orang telah menerimanya dengan sadar, seperti yang di jelaskan oleh imam Syafi’i dalam qoidah fqhnya “Al-adatu hukkamu ; adat(kebiasaan) itu dijadikan hukum(tentu saja dengan beberapa syarat yang harus dipenuhinya)”  jadi intinya, kami tidak melakukan kecurangan karena semua orang telah menerima hal ini dengan sadar.
 
Di dalam bis, kebanyakan dari kami menghabiskannya dengan tidur. Sebenarnya tidurnya benar-benar tidak memuaskan, karena hanya sebentar, apalagi malam sebelumnya aku tidurnya juga sebentar, siangnya juga tidak sempat tidur karena masih ada yang perlu dipersiapkan, ditambah lagi paginya tenagaku sudah terkuras buat main futsal. Huuffftt. Capek beudh.

Sesampainya di terminal, kalau tidak mau nyarter mobil, kami diberitaukan oleh pak supir bus untuk nunggu jam keberangkatan len saja, karena harganya lebih murah, hanya 3.500/orang. tapi sesampainya di tempat pemberangkatan len, kami merasa tertipu, harga yang dipasang tenyata 8.000, dengan nego dan cuap-cuap yang tak jelas, harga masih tetap saja tidak bergeming, kami pun menyerah. Kami memutuskan untuk istirahat dulu di emperan toko. Aku menghabiskan beberapa batang rokok. dengan harapan tidak pasti, kami menunggu ongkos lennya turun. Jangan bilang bahwa kami terlalu perhitungan, tapi kami memang butuh ongkos seminimal mungkin. Memperhitungkan hasil ahirnya, kami tidak ingin dana yang dihabiskan ternyata jauh membengkak dari perkiraan awal.

Kira-kira setengah jam kemudian, supir ankotnya datang dengan tawaran ongkosnya jadi 6.000, setelah berembuk, kami sepakat untuk mengambilnya. Tak lama kemudian kami menuju ke tumpang. Kurang lebih setengah jam-an kami telah sampai. Di tumpang kami memilih untuk naik truk sayur yang besar itu, agar cukup untuk memuat kami yang ber 24 orang. Ongkosnya, 30.000/orang. Masih terbilang mahal dan ada kemungkinan untuk diturunkan, Kami menego agar mau diturunkan ke angka 25. Awal mula bapaknya tidak mau. Alasannya, ini adalah harga yang sudah ditetapkan. Jika bapaknya menurunkan harga itu, maka besar kemungkinan bapaknya akan dapat sanksi moral dari supir yang lain. Kami paham, tapi kami juga butuh ongkos yang juga kecil. di ahir, bapaknya mau juga memberi potongan, bukan dengan menurunkan ongkos, tapi kami yang ber 24 itu diminta yang bayar cuman 20 orang, yang 4 orang gratis. Setelah dihitung ternyata itu sama saja ongkosnya jadi 25.000/orang. Ah, baik sekali bapaknya, Jadi kami sepakat, bapaknya senang kami pun juga bahagia. Ini sebenarnya hukum pasar yang sederhana, antara penjual dan pembeli itu saling membutuhkan, masalahnya adalah bagamaimana caranya kau membuat hukum itu menjadi keuntunganmu. Disinilah letak negoisasi dan pengetahuan dibutuhkan. Dan tidak mudah memang. Hahaha. Sok-sokan

Truknya mau berangkat setelah shubuh, jadi di tumpang kami beristirahat dulu, menyeduh kopi dan teh yang telah disediakan, teman-teman cewe’ ada yang membeli sayur untuk kebutuhan nanti di gunung. Setelah selesai sholat shubuh, kami diminta untuk naik truk karena bentar lagi akan berangkat. Ya bentar lagi, sepertinya sejam-an menunggu berdiri di atas truk bagi bapaknya masih terbilang sebentar. Jam 5 lewat kami baru berangkat.

Di ujung langit sudah mulai memerah, cahaya pelan-pelan merayap menyingkap gelap. Di perjalanan tak habisnya kami bercanda, meski dinginnya udara dan angin membekukan tangan kami. Sesekali kami berdecap kagum melihat pemandangan sekeliling. perkotaan dan gunung yang jauh di belakang kami, kotak-kotak ladang, bahkan pohon aple di halaman rumah orang yang beberapa kali coba kami gapai. Lebih dalam lagi memasuki wilayah pergunungan semeru, lebih indah lagi pemandangan yang disuguhkan. Gugusan bukit menjulang di samping kanan kiri kami dengan pepohonan hutannya yang lebat, kotak-kotak ladang yang ekstrem menurun, tapi sungguh memikat, hijau dimana-dimana, perumahan penduduk yang terkenana sinar matahari gunung, jalanannya yang terjal dan berkelak-kelok, kami juga melewati tempat saat scene 5 cm, ketika zafran bilang “dan taruh puncak itu 5cm di depan dahi kita”. Tak lama kemudian ada yang nyletuk

“kaya’ di film-film ya” spontan kami semua tertawa, tentu saja lah, dimana lagi shooting film-film itu di ambil kalau bukan di pegunungan. Ada juga yang bilang

“samudra di atas lautan” katanya dengan bangga. Hahaha Jenius, benar-benar pantas untuk jadi korban pembully-an. Mungkin maksudnya adalah samudra di atas awan.


truk yang kami pakai dan menyiapkan perijinan
  2 jam-an kami sampai di resort ranu pane, meskipun aga’ kecewa karena ranu-nya dibiarkan tak terawat begitu. Sangat kotor, sampah ada dimana-mana. Yeah, hanya sebatas bentuk rasa kekecewaan. Hmm, hmmm, hmm.

warung makan
Perut sudah bergoyang tidak jelas, setelah menyelesaikan prosedur prijinan. kami lalu makan di warung, nama warungnya, aku tidak tau. Rawon plus teh anget, ada juga yang pake’ lodeh dengan telor. Apapun makanannya, sebeda apapun yang kami makan saat itu. Nanti setelah di atas gunung, apalagi setelah memakan masakan pertama waktu di ranu kumbolo. Kami dengan sangat sadar sepakat, makanan diwarung itulah makanan terenak terahir, yang melewati lidah kami sebelum muncak. 

  Setelah semuanya siap, doa pun telah selesai dipanjatkan. Kira jam 9 nan, Kami memulai menempuh perjalanan panjang ke puncak semeru. Ini adalah ke-6 kalinya aku mendaki. Di awal perjalanan semuanya lancar. Jalanan masih landai bahkan menurun, setelah mamasuki gapura “selamat datang para pendaki”, jalannya langsung menanjak. Aku sempat tertinggal dibelakang karena membantu temanku membenarkan tas carriernya.

Setelah tanjakan pertama, kami langsung berhenti. Membenarkan nafas dan mengatur posisi. Selanjutnya aku tidak bisa menjelaskannya secara detil sampai ke ranu kumbolo, jika tetap ingin tau, kau hanya perlu tau setidaknya satu kali pernah naik gunung. Perjalanannya kurang lebih sama. Capeknya, bawaannya yang memberati punggung, dada yang benar-benar dipompa habis-habisan, kaki yang serasa tidak mampu melangkah lagi, dan tempat pemberhentian yang tidak terhitung lagi jumlahnya. jika kau bertanya kenapa mesti melakukan hal yang menyiksa seperti itu, aku mungkin tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, tapi izinkan aku mengatakan ini.

Di dunia ini kadang ada hal yang tidak bisa kau jelaskan, seindah apapun kata-katamu, selancar apapun grammar yang telah kau kuasai, tapi yang perlu kau lakukan hanyalah membiarkan hal itu mengalir, mengalir dengan tenang dan perlahan di tubuhmu, di hatimu, tanpa merusaknya dengan interpretasi akal yang terbatas.

Di ranu kumbolo, aku dan seorang temanku datang mengawali. aku memang buru-buru karena aku membawa 2 tas carrier, di depan dan belakang, tas yang satunya adalah milik mba’ku. Jika aku memakan waktu lebih lama, itu hanya akan menambah rasa sakit di pundak. Bukan karena terpaksa aku harus meninggalkan yang lain dibelakang, tapi itu memang yang harus ku lakukan. Ini terjadi mulai dari pos 3 sampai kesini, ke ranu kumbolo. Katakan saja bahwa aku sok kuat dan keren dengan melakukannya, aku sama sekali tak menolaknya, apalagi aku memang kuat dan keren, sangat keren. Atau anggap saja karena pencitraan yang belakangan ini sering menjadi komentar orang-orang terhadap perpolitikan. Ah, menghayal liarlah sesukamu.

kata keluarga itu tak datang dari kata-kata manis dan indah yang meluncur dengan mudah dari mulut, tapi dari seberapa jauh cinta tumbuh dihatimu pada orang yang kau sebut keluarga itu, melihatnya bahagia adalah kebahagian juga bagimu, bahagianya adalah tanggung jawabmu.”

Ranu Kumbolo
Dipinggir ranu, kami beristirahat sambil berjemur, nikmat sekali rasanya. kami sulut rokok Sambil menunggu teman-teman yang lain. Ada rasa tenang yang ditimbulkan oleh riak-riak air ranu, arakan awan tipis di langit. Ranu kumbolo letaknya di tengah-tengah lembah, dikelilingi bukit-bukit yang salah satunya di namakan tanjakan cinta, bentuk ranunya tidak beraturan-seperti bentuk ranu pada umumnya-, bentuk lonjong besar yang disalah satu sudutnya memanjang ke samping. Dan di belakang kami ada savana luas yang di apit oleh bukit telatabis. Indah tentu saja. Tinggi ranu kumolo +- 2400 mdpl dengan luas 15 ha.

bukit teletabis
2 batang rokok telah habis, lalu jadi sedikit galau karena teman-teman belum datang juga. Ahirnya kami memutuskan untuk tidur dulu, tapi tak lama kemudian ada suara jauh di seberang ranu yang memanggil nama kami. kira-kira sejam-an dari pertama kali kami datang. Setelah lama kami menunggu, ada rasa kecewa dengan datangnya mereka. Kami telah lama menunggu disini, tapi mereka malah memilih membangun tenda jauh disebrang tempat kami berada. Meskipun ada sedikit ‘miss’ untuk tempat dimana membangun tenda, semuanya terselesaikan tanpa ada korban jiwa. Iiihh. Serem,

“Ketika ada sesuatu yang menggangumu, ketika ada sesuatu yang sampai membuatmu kesal, bahkan sampai emosimu seperti tak tertahankan lagi. Akan ada banyak spekulasi yang menyerbumu. jangan heran jika spekulasi itu kebanyakan mengarah pada hal yang  buruk.  Tapi ingat, tanpa bukti, spekulasimu itu tetaplah menjadi hipotesa. Jika kau mengambil kesimpulan hanya dari spekulasimu itu, sama saja itu menjadi bukti bahwa kau termakan emosimu sendiri. Kau kalah, Kau membiarkan dirimu menjadi bodoh. Jika ada yang kurang jelas, maka tanyakanlah. karena mungkin ada alasan pada setiap sesuatunya, Jika itu berhubungan dengan orang lain, maka tanyakanlah kenapa dia melakukannya. Jangan sampai kau mengambil tindakan dari spekulasi bodoh tanpa bukti itu, karena suatu saat kau pasti akan menyesalinya.

Nanti, mungkin spekulasimu terbukti benar, tapi bisa juga salah. Yang terpenting adalah kau tidak membiarkan dirimu membenarkan diri secara sepihak, lalu mebuat dirimu menutup diri dari berbagai kemungkinan lain, membuatmu jadi bodoh. Jangan merusak dirimu sendiri dari dalam karena keangkuhan dari pembenaran diri secara sepihak”.

        Mulai Sore sampai sehabis maghrib hari itu, dihabiskan teman-teman untuk memasak, aga’ sulit untuk memasak memang, karena hujan sering turun secara tiba-tiba, apalagi ketika teman-teman ditanya, ternyata ini baru pertama kalinya mereka masak. Ah, perfect. Dan tereng, jadilah nasi yang kami makan aga’ sedikit seperti makanan burung. Nasinya masih kurang matang. Jangan tersinggung, selama mendaki, aku sudah sering makan masakan seperti ini. Dikarenakan memang cara memasak nasi di tempat peradaban dan di gunung sangat berbeda, apalagi bagi yang di peradaban belum pernah masak. Memang perlu belajar dan tau teorinya. Itu saja. Aku juga pernah mencobanya, memasak nasi di atas gunung. Di bawah saja aku ga’ pernah masak, malah sok-sokan masak di atas gunung. maka jadilah seluruh teman se pendakianku trauma terhadap sarden, karena dimakan berdampingan dengan nasi seperti makanan burung itu. Terkecuali bagi satu temenku, awalnya katanya mau makan dikit aja, eh malah nambah terus dan habis paling dulu.
                 
          Yang tak kalah perfect juga, makanan di sore itu adalah sop menggunakan bumbu ‘mie sedap rasa soto’. jenius, sepertinya teman-temanku yang masak itu punya bakat untuk jadi koki. salah satu temanku sampai ada yang bilang keesokan harinya. katanya ‘Sop kemaren itu enak banget ya, aku ga’ pernah makan masakan yang seperti itu sebelumnya’. Tentu saja, dan cukup dia sajalah yang berkomentar seperti itu.

Kalau tau akan terjadi hal seperti ini, ingin rasanya kubiarkan saja sesuap rawon di warung tadi, tetap di mulutku sampai nanti turun lagi. Hahaha. Bercanda. But for all, terima kasih atas hidangannya. Makanan di atas gunung itu adalah salah satu masalah yang paling krusial, karena menjadi sumber utama energi kita untuk perjalanan selanjutnya dan kalian telah memberikan yang terbaik pada kami, terima kasih banyak… hiks, hiks, hiks.
          
        Sehabis makan, kebanyakan dari kami langsung istirahat di dalam tenda, tapi ada juga yang masih bikin minuman anget-anget dan masak mie. Kira-kira jam 9 nan malam semua aktfitas sudah berhenti. Letak tenda kami menyendiri(menjauh) dari letak tenda pendaki lain, jadilah malam itu seperti kami lah pemilik wilayah itu. Keadaan seperti itu sepertinya sangat penting bagi teman-teman yang lain.

Ke esokan harinya, kira-kira jam setengah 11-an, kami telah siap melakukan perjalanan ke kalimati, tempat camp terahir, sebelum malamnya kami akan melanjutkan summit ke puncak semeru. Perut pun telah terisi dengan masakan yang jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Kami juga telah melakukan perenggangan dan senam ringan, agar tidak mudah kram dan salah urat.

Sebelum sampai di tanjakan cinta, tepatnya di belakang shelter ranu kumbolo, kami terlebih dulu harus jalan memutari ranu kumbolo kira-kira ¾ kelilingnya, lumayan jauh. Tapi ini namanya juga pendakian. Perjalanan berat dan lelah adalah salah satu bagiannya yang tak terpisahkan.

Jam setengah 12-an kami sampai di shelter. beristirahat sebentar dan mengisi air minum yang telah kosong. Di saat itulah kami harus kekurangan anggota. Kakak dan maba’ku harus balik, karena kondisi mba’ku sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan. Ketika awalnya kau berangkat bersama dan harus kekurangan anggotamu di waktu perjalanan, itu seperti ada sesuatu yang hilang di dada, ada ruang kosong yang terbentuk. –Alay-. tapi ya gimana lagi. Kami harus merelakan mereka balik duluan. Selamat jalan, masih ada banyak waktu di hari esok.

Tanjakan Cinta

Diperjalanan ke tanjakan cinta, aku bincang-bincang dengan seorang temanku. Membahas hal yang tidak penting sebenarnya. Lalu dia nanya siapa yang aku pikirkan nanti.
 “siapa juga yang akan kupikirkan, aku tak akan memikirkan siapapun” kataku

Dengan langkah berat kupijakan kakiku pada tanjakan cinta, aku nanjak duluan dengan temanku yang satu itu, teman-teman yang lain masih asik photo-photo dan meliat memoriam di ranu kumbolo. Ya, tak ada alasan bagiku untuk memikirkan siapapun. Konyol sekali sebenarnya mempercayai hal seperti itu, mempercayai bahwa seorang yang dipirkan selama menapaki tanjakan cinta, tanpa menoleh ke belakang, maka cintanya akan terwujud. Tak ada bukti ilmiah, bahkan mitospun ku pikir itu juga bukan. Benar-benar konyol, orang yang pertama kali mengarang-ngarang cerita ini, pasti sampai ahir hayatnya sangat puas, karena mampu menipu banyak orang sampai sekarang…

Ada siluet wajah yang mengendap
rumput bahkan tak berbisik
ada pendaran cahaya pada selembar daun yang jatuh perlahan
maka, hantarkanlah wahai angin

Sesampainya di ujung tanjakan rasanya benar-benar lega, bukan, dadaku kerasa terbakar, apalagi karena beberapa batang rokok yang kuhabiskan sebelum berangkat. Senang rasanya melihat teman-teman masih berjuang, sedangkan aku sudah duduk santai. Nikmat sekali melihat kesengsaraan orang lain. Hahahaha. Ada yang keliahatan galau, lalu sering menoleh ke belakang, ada yang sudah duduk saja di jalan tanjakan, sambil melihat kearah ranu kumbolo. Ada yang sudah beberapa kali berhenti, tapi enggan menoleh ke belakang. Ahirnya aku sedikit memahami.

“tetaplah melihat lurus ke depan, seberat apapun di pundakmu, seperih apapun kakimu telah melangkah. jangan menyerah, jangan sekalipun menoleh kebelakang, jangan pernah ingin kembali karena apa yang telah kau lakukan sejauh ini, biarkan yang telah lalu tetap menjadi kenangan, sebodoh apapun kau di saat itu, seburuk apapun atau bahkan senyaman apapun dirimu, karena kehidupan masih membentang ke depan dan setelah kau sampai di ‘ujung’, kau akan tau bahwa itu adalah sesuatu yang pantas kau perjuangkan. Karena di hatilah tempatmu benar-benar hidup”

Angin di ujung tanjakan begitu segar. Cahaya matahari berpendar, menyusup dedaunan dan ranting pepohonan

to be continued...........

Thursday, July 26, 2012

Kerinduan di Kanvas Malam

Thursday, July 26, 2012

Malam itu bulan Romadhon, tepatnya tanggal 21 juli pukul 20.—WIB *tak tau tepatnya. Aku berada di kamar sehabis sholat tarawih-ada pekerjaan yang masih harus ku selesaikan. Tapi listrik tiba-tiba mati. Pupil mataku butuh beberapa detik untuk menyesuaikan, tapi tengkuk dan bagian belakang kepalaku sudah sakit duluan, lalu mataku bekunang-kunang. Prolog. Haha.

Mati listrik, sebenarnya sudah jarang terjadi di kampungku tahun-tahun belakangan ini, apalagi sekarang bukan musim hujan. Dulu waktu aku kecil, pernah mati listrik hampir satu bulan, hampir di satu kabupaten malah. kebayang ga’ itu*aku sampai ga’ nonton serial kera sakti. Hiburan yang benar-benar ku tunggu waktu itu*. tapi karena memang disini kabupaten yang belum begitu maju seperti di kota-kota besar-apalagi kota industri-, listrik di kabupaten, terlebih di kampungku tak begitu dibutuhkan. Mungkin itu juga alasan kenapa perbaikan untuk listriknya sampai memakan waktu hampir sebulan.  Tapi kalau mau di korek lebih jauh lagi... Ga’ tau juga. Hmm.

Di kamar sangat gelap. Hayalanku sudah berkeliar bebas. Menghayal kuntilanak  jatuh bebas atau keluar dari bawah ranjangku, pocong masuk dari pintu kamar sambil melompat-lompat, tuyul berlarian liar. Jadi, dengan semua analisa dan pilihan yang memungkinkan *haha, ku putuskan untuk di luar kamar saja, yang sedikit lebih terang. Kamarku langsung menghadap halaman. halaman yang lumayan luas, seperti halaman perumahan di perkampungan pelosok umumnya. *pelosok, panggilan teman-teman yang pernah bermain ke rumahku, tapi aku lebih suka menyebutnya Alami. haha*.

Aku duduk di teras depan kamar. Merasakan udara malam yang benar-benar segar. Lembut, bersih dan sejuk. Halus, benar-benar berbeda dengan udara di surabaya. Dan Keadaan begitu gelap. meskipun saat listrik hidup, bisa dikatakan gelap juga bila dibandingkan dengan perkotaan. kalau disini Jam tujuh ke atas seperti sudah tak ada kehidupan. Tapi sekarang lebih gelap lagi *jelaslah, mati lampu soalnya. Seperti benar-benar tak ada kehidupan, kecuali yang ada hanya alam *assek. Dan tak seperti  di surabaya juga, disini tak ada kebisingan yang mengganggu, kecuali kalau misalkan ga’ mati lampu, dari speaker masjid dan musolla-musolla akan terdengar sahut-sahutan orang tadarrusan-biasanya kami para pemuda desa juga ikut meraikan, meskipun ntar cuman ngobrol ngalar ngidul atau malah main kartu-. tapi sekarang semua aktivitas suara manusia seakan tertelan, tergantikan oleh bunyi layang-layang ke’-lake’an* di atas langit, deru angin saat bergesekan dengan dedaunan, jangkrik dan kawan-kawannya yang tambah keras berdendang setelah mati lampu-benarbenar berisik, tapi menenangkan.

Hmm. Dan langit waktu itu sunggguh elegan. Perpaduan antara hitam sebagai warna layar, sabuk asteroid dan taburan bintang yang berpijar sebagai latar. Semuanya beku membisu, terpaku dalam diam, diam yang memukau. Anggun. Paradoks alam terhadap kehidupan yang selalu bergerak. Di iringi orkestra hewan malam, sambil rebahan-kepalaku tambah sakit kalau harus mendongak terus-, semakin kunikmati kanvas malam waktu itu. eh, sedikit tak percaya dan kaget juga-Seperti anak kecil yang pertama kali melihat sesuatu-, ada bintang jatuh melintas tepat di depan arah pandangku, dengan bodoh, buru-buru aku berdoa*keyakinan yang dipaksakan dan keputusasaan yang halus. Tak lama kemudian, dia pun ikut tesenyum bersama bintang-bintang.

Karena semua keadaannya mendukung dan dengan sedikit bingung, ahirnya aku melamun. aku sepertinya lebih suka gelap-malam- ketimbang hingar bingar cahaya lampu-perkotaan-.  Ada ketenangan, kesunyian, kebebasan dan penyatuan yang dihadirkan gelap. memang dengan sedikit takut, karena jarak jangkau penglihatan sangat terbatas saat gelap, ini jugalah keuntungan ada cahaya, ada rasa aman yang ditimbulkan karena kita bisa dengan sangat jelas melihat sekitar. Memang, cahaya lampu punya pesonanya sendiri. Refleksi dari emosi yang bersinar, seolah-olah menghentak dan terikat, menyedot ke arahnya. spektrum warna itu memang selalu mampu memukau otak primitif kita. Tapi tetap aku lebih suka gelap yang dihadirkan malam. Lengkap dengan deru angin, kanvas dan orkestranya.

Untuk orkestra yang satu itu, ada kelucuan, kegelian yang tak terkatakan saat aku mendengar jangkrik dan kawan-kawannya berdendang, sudah kubilangkan waktu mati lampu mereka malah tambah nyaring. Seperti ada kerinduan dan penantian dalam nyanyiannya, dan semuanya terbayar ketika mati lampu. Aku mengartikan prolog dalam bhs. indonesianya begini;

Jangkrik : “sialan, sialan, sialan! Ahirnya, lampu bang*at mati juga. ayo kawan-kawan! kita menghentak sampai mati malam ini. Sudah lama aku tak sebergairah ini. SIALAAAAAN! KRIIK!! KRIIIK!KRIIIIIIIK!”

Kemudian diikuti oleh hewan*serangga yang lain. Semakin lama ritmenya makin cepat, makin nyaring dan makin menggelikan. Setelah sekian lama, tiba-tiba semuanya berhenti. Listrik kembali mengalir, Lampu telah menyala, aku pun beranjak memasuki kamar.






Pantai Balekambang


Ini sebenarnya kejadian yang sudah berbulan lalu, tapi sepertinya aku perlu menuliskannya. tentu saja sebagai dokumentasi-mungkin nanti aku ingin mengenangnya lagi- dan juga untuk ngebeki blog-ku.

Waktu  itu malam senin. Tepatnya tanggal 10 juni 2012, jam 23.--. Aku sudah siap dengan ransel di punggung yang berisi semua kebutuhanku. Jarkomnya : ngumpul di depan sakinah-toserba- jam 23.00. sebagai PJ jalan-jalan yang ‘bertanggung jawab’, aku berusaha tiba di sana tepat waktu. Tapi ternyata masih meleset beberapa menit. Ok. Tak ada yang protes, karena aku yang pertama kali sampai disana. Beberapa menit pun telah lewat, kemudian berpuluh menit, dan memang sudah perkiraan, yang membuatku menyalakan rokok terus-terusan-sampai aku ‘kehilangan kendali’ saat menelpon sang Hoax yang datangnya paling belakangan-, kami baru berangkat lebih dari 2 jam dari persetujuan ngumpul.

Setelah semuanya lengkap, dengan do’a khusuk seadanya dan kami semua menyamankan diri di tempat duduk masing-masing. Kami pun mulai mengikuti rute ke pantai Bale kambang. Inilah jalan-jalan bersama yang ke-3 D’09(sebutan untuk PBSB ITS ‘09), dengan jumlah orang yang ikut cuman 24 orang-hampir 1/3 dari jumlah sebenarnya, 70 orang-. But, it’s ok. Yang penting berjalan lancar dan tidak begitu memberatkan finansialku. Tapi kalau boleh jujur, tentu saja aku ingin yang lain juga ikut, bukan karena aku sangat senang jika semuanya ngumpul, tapi yang ku pikirkan hanya pada letak tanggung jawabku sebagai PJ-assek- dan itu akan membuktikan pesonaku, jika semuanya ikut berarti aku sangat berhasil dalam ‘menghasut’ teman-teman yang lain dan juga menyangkut perencanaan anggaranya. jika semuanya ikut, maka untuk iurannya akan jauh lebih murah. Yah, ahirnya di dalam bus aku hanya bisa menenangkan diri-pembenaran diri yang halus- dengan memahami bahwa teman-teman yang tak bisa ikut sudah punya agenda yang lebih penting dan memang sepert itulah kondisi sosial pada umumnya.

Perjalanan dari surabaya-balekambangnya lancar, bisa dibilang begitu. Sebenarnya di awal-awal sempat kawatir karena memperkirakan sampai di pantainya sudah agak siang, tapi karena bapak supir dengan sangat ‘mampu’ mengemudikan Busnya, kekawatiranku banting setir pada keselamatan terhadap hidupku. Kekawatiran ini datang tiba-tiba setelah bangun tidur, tepatnya ketika sudah mendekati Pantai. Rutenya, tepat sebelum sampai di Bale Kambang memang menyenangkan, berkelak-kelok, tanpa penerangan di sepanjang pinggir jalan, aspalnya sudah aus disana-sini dan bersebelahan langsung dengan jurang. Aku hanya bisa melihat kedepan dengan tatapan kosong. ah, yang ku kawatirkan sebenarnya cuman pada kekerenanku. Aku masih belum menggunakannya dengan maksimal.

Temen-temen cow’ yang lain masih tidur, yang cew’ aku kurang tau karena berada di deretan kursi depan. leherku sudah lumayan sakit jika dilanjutkan untuk tidur lagi. Jadi Ku putar mp3 sambil tetap mengamati ke depan. Bus melaju lumayan kencang pada jalan lurus. Kondisi masih aman, tapi tiba-tiba Bus terbang, melayang di udara, kemudian setelah beberapa detik membentur aspal lagi dengan keras-jalannya turun satu tingkat-. Posisi Bus agak oleng ke kanan-aku hanya bisa duduk terpaku di kursi, dengan adrenalin yang terpacu lepas-, bus masih belum stabil dan sudah melewati batas aspal. tiba-tiba... semuanya aman terkendali, bapak supir mampu mengendalikan Bus di saat-saat terahir. Tak ada kerusakan parah, kecuali kejadian itu membuat teman-teman bangun semua. Dengan beberapa ada yang sakit perut, bangun tidur dengan jatuh dari tempat duduknya, salah seorang temanku-maha guru- sampai terbang ke depan karena duduk di deretan kursi paling belakang, dengan sedikit pucat-untung saja rambutnya sudah dipotong, aku tak ingin perjalanan yang ’agak’ tenang ini berubah jadi laga-indosiar karena amarah jurus baling-baling rambutnya-. ada juga yang cerita kemudian, dikira Busnya sudah mengalami kecelakan, soalnya dia melihat seberkas cahaya ketika baru bangun-itu karena efek dari benturan, menurutku-. banyak untungnya juga tidak tidur.

Kira-kira jam 05.00, kami sampai di pantai, jadi cuman 4 jam dari surabaya. Keuntungan berangkat malam, tanpa harus terjebak macet, kami mampu meminimalisir jam tempuh. Sebagian dari kami langsung turun dan menuju pantai. Keadaan masih gelap, tapi laut sudah terlihat lumayan jelas, dengan deburan ombaknya di kejahuan dan hembusan angin laut yang membawa aroma asin. ber wudhu’ menggunakan air laut, kami sholat di atas pasir-menggunakan alas-, sebagian ada yang mencari tempat lain.

/* Pantai Bale Kambang merupakan salah satu jejeran pantai selatan dan masih termasuk pada teritori kabupaten malang, kira-kira 65 Km ke selatan dari kota malang.  Kendaraan paling besar-menurutku- yang bisa digunakan adalah Bus mini, ini dikarenakan jalan setelah melewati ... jalan ‘pas’nya hanya segitu-akan berbahaya jika ada 2 kendaran besar berpapasan-, selain memang melalui perbukitan yang berkelak-kelok, sering bertepian dengan jurang dan kondisi aspal di beberapa tempat sudah rusak parah. Kondisi yang sangat perlu perhatian seerti di pantainya juga  Tapi terlepas dari itu, pantai bale kambang adalah salah satu pantai yang harus dikunjungi. Masih sangat alami, pantainya memanjang kira-kira 2 km dengan lebar 200 m. pasirnya putih dan bersih. Air lautnya juga bersih dan jernih, dengan sesekali ombak bergulung tinggi di kejahuan. Ada tiga pulau terpisah dari pantai yang terhubung oleh jembatan, tapi jembatan yang masih bisa dilalui hanya satu, yaitu yang menghubungkan ke pulau Iswono yang terdapat candi dengan ukiran digapuranya  merupakan patung yang ...-ok, saya tidak mau banyak berkomentar tentang masalah ini- dan candi itu masih digunakan-maaf, tidak punya perbendaharaan kata yang lebih sopan- untuk menaruh sesajin atau untuk acara kerohanian. Menurut orang-orang, pulau itu seperti replika tanah lot-nya Bali. Ntahlah, saya tidak tau tanah lot-nya Bali seperti apa. Untuk pulau lainnya berupa pulau biasa dan jembatan yang menghubungkannya sudah rusak-ini untuk pulau yang ke-2, pulau yang ke-3 saya tidak melihatnya- dan disitu jugalah letak pesonananya, ada banyak juga burung camar yang hinggap di atas jembatan. Menurut temen-temenku, mirip burung ... yang biasa dilihat di acara discovery channel. */

 Setelah lumayan terang. Kami jalan-jalan menyusuri pantai, berenang di laut, ada juga 2 orang yang sok iye lari-lari di pantai seperti adegan di film, menggoyang-goyangkan pinggul dengan sesekali mengibaskan rambutnya . Tentu saja, siapa lagi kalau bukan si obsesi artis dan teman ‘seksi’nya, kribo-obsesianak ayam, bisa dilihat dari perut seksinya-. anak suku tidak berpartisipasi kali ini-mungkin sedang memperbaiki senjata ‘tolop’-nya-, tapi ada juga yang masih tidur, menurut ummatnya yang paling setia, si semok-pria ‘seksi’ peminat politik yang lari-lari kecil saja sudah membuatnya galau-, sang nabi kelelahan karena baru turun mendapatlkan wahyu. kami disana kira-kira sampai jam 11.00. ada banyak agenda yang kami lakukan.

        baik itu yang tidak direncanakan ; main gubrak selodor,  teman-teman sepertinya mengalami sindrome kehilangan ingatan sementara, dengan lepas mereka berteriak, lompat-lompat, berlari kesurupan sambil berkelit agar tidak kena tangkap. Jika ada pialanya, kupikir si imut yang pantas mengangkat trophynya. Ada juga teman-teman yang minta dikuburkan di dalam pasir hanya untuk dianiyaya, malah si emosional sampai dijadikan sesajin dan korban rajam. Aku tentu saja tak ikutan, aku pria terhormat yang sudah dewasa, itu saja.

        Dan agenda yang direncanakan; main poker, yang satu ini jelas-jelas direncanakan. Inilah arena dimana para pemuja wanita melakukan aksinya, si pinky dan si centil. Lagi-lagi aku tak ikutan, tanpa taruhan itu bukanlah permainan pria dewasa. Selain itu, ada juga permainan “menirukan teman”. peraturannya begini ; kertas kecil diplintir dengan nama masing-masing teman angkatan. Tiap orang mendapatkan giliran untuk mengambil kertas itu. yang sedang mendapatkan giliran harus menirukan ciri khas dari nama(orang) yang tertulis di kertas yang sudah diambilnya secara acak, teman-teman yang lain berusaha menebak itu siapa. Permainan sederhana tapi seru. Apalagi saat kami bersama-sama bergoyang pinggul ketika menirukan ciri hasnya the king of jedding, selain julukan itu, sangat mungkin jika dia juga mendapat gelar si bokong pedas, hot men. Meskipun ada juga temen-si pendiam- yang masih malu-malu dan perlu diseret saat maju ke depan.

Ok, aku sendiri ‘the snow cold’-julukan yang beralasan, indah dan dingin seperti salju, itulah aku- ternyata melakukan agenda sendirian yang tidak direncakan. Itu sungguh agenda yang patut di puja, Aku terjun bebas dari atas jembatan, amazing spiderman. Aku tak tau tingginya berapa. Itu adalah waktu terlama aku berada di udara, malah saat berada di udara aku sempat berpikir “wah, kenapa aku masih belum sampai ke bawah juga”. Menarik. Menurut psikoanalisisnya Freud, aku pasti dianggap melakukan perbuatan itu karena kondisiku sudah tak lagi mampu menahan tekanan kekerenanku, kebutuhan orang lain terhadapku dan sederet stress yang diderita oleh para idola pada umumnya. hmm, masuk akal. kalau menurut Allan + Barbara Pease, itu terjadi karena memang susunan otak biologisku sebagai laki-laki. Ada kecendrungan untuk melakukan hal-hal mengagumkan semacam itu. hmm, hmm.

Menggunakan teori yang manapun tak masalah bagiku, meskipun saat jatuh aku seperti orang kebingungan karena rencana pendaratanku yang mulus gagal. Rencananya aku akan roll depan seperti master bela diri handal ketika mendarat, tapi aku tidak mampu mengendalikan dengan baik momentumku menyentuh pasir, sehingga sesaat setelah kakiku menyentuh pasir aku tejatuh kebelakang dengan pantat di bawah. Ini dikarenakan pasir memang bukan pijakan yang bagus, apalagi untuk jatuh bebas seperti itu. Alasan yang logis. Kalau saja itu tanah biasa, aku pasti sudah pecah berantakan seperti di film kartun.

yah, keselamatan yang patut disyukuri, tanpa kehilangan rasa banggaku  dan membuatku teringat waktu kecil, dulu, aku pernah melakukan hal yang sama dengan bergelantugan di atas pohon, mirip tarzan, berayun-ayun kemudian meloncat ke bawah. Mengakibatkanku cedera dua kali, yang pertama, sikut kiriku geser- terjadi saat masih belum sekolah- dan yang ke-2, tangan kananku patah, di pertengahan pada tulang asta dan kering, kejadian yang ke-2 itu membuatku takjub. Sambil menahan perih, aku membalikkan tanganku berkali-kali. Eureka! Tanganku yang mulai dari tempatnya patah sampai telapak tanganku tidak ikut berbalik, penemuan yang sungguh menakjubkan. Itu terjadi ketika aku kelas 2 madrasah.
Bersambung...

Nb ; sepertinya sudah jelas jika yang mendomisi isi cerita dan nama julukannya adalah temen-temen cow’(tentu saja yang mendominasi adalah diriku). Memang disengaja, tapi ini tak ada hubungannya dengan genderis. Hanya saja mengantisipasi ‘penyalah artian’ jika aku membuat isi cerita ataupun lelucon tentang yang cew’, Karena penyalah artian semacam itu telah sering terjadi, dikarenakan kecendrungan menangkap dan cara berpikir masing-masing gender memang berbeda. Jadi, Jika ada dari kalian yang membuat cerita yang berbeda, apalagi dari yang cew’, aku akan meluangkan sedikit waktuku yang sibuk ini.


Sunday, July 15, 2012

Perjalanan Malam

Sunday, July 15, 2012
            Ahir-ahir ini sulit bener  tidur awal. Kalau mau sedikit di analisa, mungkin karena siangnya aku sudah ngambil jatah tidur, bisa dibilang pola tidurku sekarang memang sudah tak teratur. Masih mending dulu waktu awal-awal kuliah, siangnya dapet jatah tidur- di dalam kelas-, malamnya masih bisa tidur awal. Mantap. Dan Juga, karena pola dan asupan makanku kurang sehat, hmm. semuanya berimbas pada reaksi kimia di dalam tubuhku.  Proses penyampaian pesan dari otak ke seluruh tubuhku-ataupun sebaliknya- jadi kacau balau, harusnya malam adalah waktu untuk istirahat, tubuh dan otakku malah dapet pesan kalau aku harus melakukan seluruh aktivitas di malam hari. maka dengan senang hati-karena terpaksa-, aku sebagai pribadi yang tidak suka men-judge, ku terima saja permintaan untuk terjaga. Jadi, kalau suatu waktu nanti tatapan mataku tambah sendu dan makin mempesona. Maaf, Aku benar-benar tak bermaksud begitu.

It’s ok. Meskipun malam, Ini adalah waktu. Setidaknya aku harus melakukan suatu yang berguna-ketimbang dihabiskan hanya untuk menghayal-. Sudahlah, sekalian aja tidak tidur, ku buat secangkir kopi. Posisi sudah nyaman, selanjutnya  ku buka file di folder TA. oh kawan, folder ini aku benar-benar tak mengaharapkannya ada di liburan seperti ini. Isinya di dalam bermacam-macam, mulai dari fluida-boger fluid, newtonian fluid-, pewarnaan graph-yang ada materi untuk mengerjakan sudoku, cara lain jika nanti aku mengisi sudoku, tak harus menganalisa yang menghabiskan bermenit-menit-, kendali optimal-sangat menarik, aku bisa menjadi sniper handal jika bisa menerapkannya dengan baik- dan yang ini adalah menjadi consern ku untuk pengerjaan TA-masih bimbang sebenarnya-; algoritma genetika, Ku baca filenya.

Tapi di lembar-lembar awal aku sudah sedikit putus asa. Algoritmanya di dasari dari teori darwin tentang seleksi alam, Individu yang dianggap bagus-lah yang mampu bertahan. Aku tak perlu menjelaskan semua teori-stepstep algoritma genetikanya seperti apa, karena yang menjadi pembahasanku hanya di kata fitness ; nilai yang menentukan bagus atau tidaknya suatu individu. Proses seleksi dimulai dari sini, probalitas dari sebuah individu untuk bisa bertahan dan menghasilkan keterununan(crossover) di tentukan dari fitnees, nilai objektif(bukan subjektif) dirinya terhadap nilai objektif individu lainnya. Jadi kita bisa katakan bahwa individu terjebak dalam suatu sistem.

Contoh kasus. Dalam sistem perkuliahan ; individu yang tak bisa menangkap pelajaran, pemalas, tidak mengerjakan tugas, dll-yang berhubungan dengan perkuliahan-,  fitnessnya tidak baik dalam perkuliahan-meskipun mungkin punya kemampun yang bagus di luar itu-, jadi punya probalitas yang kecil untuk bisa tetap bertahan di perkuliahan. Makanya ku katakan individu itu terjebak dalam sistem, karena individu itu harus punya fitness yang baik untuk bertahan dalam sistem. Dan ini terjadi dalam seluruh jenjang kehidupan, organisasi, masyarakat, kantor dsbg.

Dengan ekstrem, Satu jalur dengan aliran filsafat strukturalisme. Individu hanyalah tuntutan dari sistem, tak ada “aku” dan “kebebasan” untuk memilih, yang ada hanyalah pemenuhan terhadap permintaan sistem. Individu hanyalah budak sistem.

Positifnya, pemikiran seperti itu sangat realistis. Kalau ingin bertahan-dan sukses- di sistem perkuliahan-misalnya- maka harus pinter, rajin, dll-fitnessnya bagus. Tapi tentu saja kita tak bisa membenarkan pemikiran seperti itu secara sepihak. Dengan memikirkan bahwa kita “ada” secara individu, lahir sebagai diri sendiri sudah membuktikan kita adalah individu yang berdiri sendiri. Meskipun kita hidup dalam sistem, kita punya kebebasan untuk menentukan pilihan-kita bisa memilih akan belajar apa tidak, mengerjakan tugas apa tidak, memilih antara mau nilai E apa A. Hahaha-. Jadi selain punya nilai objektif kita juga punya nilai subjektif(yang tidak terjerat oleh sistem).  Dan Jangan salah paham, Ini bukan pembelaan karena di perkuliahan aku kacau balau. Ckakakaka.

Sebuah pelajaran yang sangat berharga-terlebih untukku-. selain kita harus menghargai nilai subjektif di dalam diri kita, kita harus relisitis bahwa kita hidup selalu berada dalam sistem, selalu bersinggungan dengan orang lain. Mempersiapkan diri sendiri, menentukan apa yang harus dilakukan, tidak kekanak-kanakan, tidak hanya mementingkan diri sendiri, tidak bertindak semaunya, karena mau tak mau kita harus mengakuinya; Bahwa takdir kita bukan hanya milik sendiri, hidup kita juga terbagi-bagi untuk kehidupan seluruh semesta, untuk setiap kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan. hmm, hmm, hmm. Secara teori seperti itu, tapi ntah nanti di laksanakan apa tidak.

Kesadaran itu sulit sekali muncul, tapi dengan sangat mudah tenggelam. Maka biarkan seluruh tubuh merasakannya, meresap kesetiap pori, dan membius diri meskipun hanya sejenak, membiarkan sadar dan bawah alam sadar saling berbagi . Lagi-lagi, secara teori seperti itu.

Nb; dengan ini saya memberanikan diri bahwa malam hari adalah waktunya bangun dan siang hari untuk tidur.



Sunday, June 24, 2012

Cinta itu...

Sunday, June 24, 2012
ketika ada gambar itu, kalian tanpa ragu akan menyebut itu simbol cinta-simbol yang tak diragukan lagi bahwa kalian telah mengenalnya dari kanak-kanak-. Ntah mulai kapan pertama kali trend itu bermula aku juga tak paham. Bentar, tapi ini sepertinya hal yang menarik. darimana simbol itu berasal? Apakah karena cinta itu ada bentuknya sehingga ada simbol  seperti itu? Kalau misalkan ada, bukankah benci juga harusnya ada simbolnya,  Karena Keduanya sama-sama perasaan, lebih lagi keduanya saling bertolak belakang. Ok, kalian boleh saja menjawab “simbol itu kan bentuknya mirip hati. cinta kan dari hati, jadi ya simbolnya mirip hati.” Ntah kalian dapat pengetahuan darimana kalau simbol itu mirip hati. Maaf, bukan bermaksud menyalahkan guru sekolah kalian karena memperoleh pengetahuan yang salah, tapi dicari dibuku biologi manapun simbol itu dan hati tidaklah ada mirip-miripnya “oh kalau masalah itu, sebenarnya yang mengatakan simbol itu adalah hati hanya di indonesia saja, di dunia barat (tempat simbol itu bermula), simbol itu berasal dari jantung” ok, tentu. Jadi apakah cinta bentuknya seperti itu? “bukan bego’. Itu cuman simbol. Kau itu ribet banget sih” ah, kalian sekali lagi membuatku bingung. Karena Cinta itu abstrak, bukankah memang seharusnya tidak punya bentuk. Kalau itu hanyalah simbol-yang juga fungsinya untuk pernyataan ada-bukankah simbolnya bisa apa saja. Aku bolehkan menggambar cinta sebagai segitiga sama sisi atau sebagai bulat karena aku suka adonan tepung yang dibentuk bulat, lalu di atasnya di beri irisan keju yang biasanya di hidangkan waktu hari raya itu?

Aku bukannya tidak mau mengikuti pembuat pertama simbol ini yang pasti dengan susah payah dan penuh filosofi membuatnya. Ah, sebenarnya bukan kapan dan dari mana simbol itu yang ku permasalahkan. Tapi yang kusesalkan adalah karena kalian terperangkap pada simbol itu. dari simbol itulah-termasuk dari puisi dan kisah- kalian mengenal dan beranggapan tau tentang cinta, bukan karena dari cinta itu sendiri. Kemudian, Karena  simbol itu dan ‘keluguan’ kalian, dengan mudah kalian menyebut perasaan senang sedikit saja sebagai cinta. Jadi, bolehlah jika aku kemudian hadir. Apakah cinta itu memang ada? Bukankah cinta itu hanyalah hayalan kalian?

 Maaf jika ini sedikit terlambat. dengan tidak mengurangi kesopananku, izinkan aku memperkenalkan diri. Aku adalah ragu. Karena meragu-dan itulah aku- dalam agama sering di anggap buruk, maka bolehlah kalian menyebutku  sebagai bercak kegelapan. bercak yang mendiami hatinya Iblis ketika menolak sujud pada nabi Adam a.s., bercak yang menjadi penyebab berbagai peperangan. seorang ‘ulama menjadi murtad karena aku yang hanya setitik menempel lekat dihatinya.

Kalian tentu pernah mendengar kisah tentang ‘ulama besar- yang muridnya beribu-ribu, dia mati dalam keadaan kafir karena telah melakukan perjanjian dengan iblis. Tentu saja, perjanjian itu ada karena aku ada di hati ‘ulama tersebut. Meragu tanpa sadar pada kekuasaan Allah swt, sehingga meminta bantuan pada Iblis. Mungkin peranku dalam cerita tersebut tidak diceritakan secara explisit, aku adalah bumbu yang sudah tercampur dengan yang lain, lidah kalian haruslah benar-benar peka untuk mengetahuinya.

Meski dengan segala prestasi dan kebanggaan itu, ada penderitaan yang sangat dalam karena aku hanya dianggap sebagai noda hitam. Para ‘ulama menganggapku sebagai salah satu yang menjadi hijab terhadap pemahaman kepada kebenaran. Aku disebut sebagai penyebab hilangnya iman seorang muslim,  Padahal ada banyak hal baik juga yang lahir dari keikutsertaanku, bukankah sebagian ‘ulama mengatakan tidak sah imanmu jika hanya ikut-ikutan, yakni tanpa mempertanyakan (meragukan) dari mana semua keyakinan itu berasal. Dari keikutsertaankulah ke yakinan sejati ada. Jadi, lewat tangan anak muda yang berwajah muram ini, izinkan aku mengajukan pembelaan.

Ah, iya. Aku sampai lupa. aku tak ingin membebani jiwa kalian yang rapuh itu dengan segala keluh kesah dan pembelaanku, kita balik saja pada topik tentang cinta itu. sebuah topik yang darinya lahir banyak tragedy kehidupan. Katanya ; Cintalah yang membuat Qois disebut orang gila, meninggalkan semua miliknya demi kesunyian cintanya pada layla. Shiruye karena cinta pada ibu tirinya, shirin, dengan sadis dan licik membunuh ayah kandungnya, khosrow. Cintalah yang membujuk romeo minum racun dan juliet untuk menikam sendiri perutnya. Hitler memulai peperangan, membantai orang yahudi karena cintanya yang besar pada tanah airnya.  Baik, kita cukupkan saja semua cerita fiksi dan nonfiksinya. Dan memang karena aku adalah ragu, aku lebih menyukai cerita suram dan kelam.

tentu. Seperti yang memang tlah ku ketahui sejak  lama dan kalian bisa melihat dari semua tragedy itu. cinta hanya mendatangkan penderitaan. Penyakit yang melumpuhkan semua syarf ‘kerasionalan’. Pembujuk paling licik yang pernah ada. Penyebab terjadinya penghianatan dan kebencian.

Kalian mungkin menentangku. dengan pemikiran lugu dan keindahan yang sering kalian puja itu, aku bisa dengan mudah menebaknya. untuk memperkuat pernyataanku,  Akan ku ajukan sebuah fakta; Karena kita sekarang di Indonesia, kita sepakati saja dulu kalau cinta berasal dari hati. seperti yang telah sama-sama kita ketahui di pelajaran biologi, ada pengetahuan umum yang tidak terkatakan, bahwa dari semua hal yang ada, hati lebih memilih racun. Bukankah empedu itu hasil dari hubungan gelap antara hati dan racun. Maaf saja, aku bilang ini hubungan gelap, karena kalau memang hubungan mereka ada akadnya. Aku tak pernah ingat pernah menjadi saksinya dan juga tak pernah baca di buku biologi di kolom berita tentang perkawinan mereka. Intinya, memang fitrahnya hati lebih memilih sesuatu yang merusak, salah satunya cinta. lalu, bagaimana kalau cinta itu kita sebut saja sebagai racun.  Jadi, secara umum kita bisa bilang bahwa tak ada cinta, yang ada hanyalah racun. Hm, hm, hm....

aku bukannya tak suka dan tak percaya sama sekali semua tentang cinta, apalagi karena banyak juga kisah cinta yang berahir tragis, Tapi karena aku adalah ragu, meragu adalah diriku. jadi jangan memaksaku untuk menjadi percaya. dia bukanlah diriku. jika nantinya aku jadi percaya, aku akan sama saja dengan seorang laki-laki yang tega meninggalkan calon bayi hasil dari hubungan gelap dengan kekasihnya, akan sama saja dengan koruptor yang menukarkan hatinya demi kepentingan pribadinya. Dan aku tak mau disamakan dengan hal semacam itu. Aku tak ingin kehilangan jati diriku. jika kalian sudah memaklumi keadaanku, mari lanjutkan pembicaraan kita.

Banyak juga puisi yang ‘memuakkan’ lahir dari cinta. Maaf, aku memang tidak suka puisi. Puisi itu bahasanya terlalu mengawang-awang dan terlalu indah, terlalu dibuat-buat. Mungkin ada puisi yang suram dan kelam, tapi itu hanya sebagian kecil. Kebanyakan sama saja, Bahasanya seperti anak kecil yang masih belum mengenal dosa. Dan aku tak suka hal semacam itu. tapi karena pemuda yang jadi mediaku ini katanya akan berhenti menulis jika aku tak menyinggung hal puisi juga. - sepertinya moodnya lagi buruk, mungkin karena kopinya telah habis-. Aku tak ada pilihan lain lagi.

Ya, jujur. Aku akui kalau aku terpikat dengan syair-syair cinta.  Syair-syair yang tulus dan dengan penuh perenungan yang dalam. Seperti karya syair cintanya Mawlana Hakim Nizhami dalam novelnya layla majnun. Ada dorongan yang sangat kuat untuk mengikutkan syairnya di tulisan ini, tapi lagi-lagi pemuda ini memang sedikit menjengkelkan. Katanya “jangan, aku novelnya masih belum baca. Kalau sekarang aku malah tau syairnya. Itu sama saja aku minum(makan) kopi. Tanpa diseduh terlebih dahulu.” Ok. Dia benar. Tapi tak apa. Selain syaikh Nizhami, aku juga terpikat pada penyair lain, salah satunya syaikh Jalaluddin Rumi, ku kutip sebagian pada kalian karya Syaikh Rumi.

Menyatu Dalam Cinta
Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.
Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”
Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”
Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”
“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.
“Lalu, apa yang kau takuti?”
“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yang dibedah badanmu.”
“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.”

RAHASIA YANG TAK TERUNGKAP
Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta),
Itu semua hanyalah kulit.
Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah
rahasia yang tak terungkapkan.

dan fitrah memang tak bisa dilawan, syair terahir ini adalah termasuk alasanku meragukan cinta. Kalau memang Cinta itu ada, kenapa tak ada yang bisa mengungkapkannya? Kalau memang nyata ada, tinggal didefinisikan saja kan.  Jadi memang benar, cinta itu tidak ada. Kenapa tak ada yang bisa mendefinisikannya, tentu karena cinta itu sesuatu yang tak ada. Cinta itu hanyalah hayalan yang diciptakan perasaan. Ilusi kegilaan yang diciptakan untuk menghindari kehidupan yang penuh dengan kenistaan.

Tapi kalu kalian masih bersikukuh bahwa cinta itu ada, biarkan aku mengajukan pertanyaan terahir untuk kalian. 
        "Apakah kalian masih tetap bersikukuh menyebut perasaan kalian itu cinta, sedangkan kalian masih mengharapkan balasan? Masih menyatu dengan nafsu? terkurung oleh basa-basi? Lebih memperhatikan diri sendiri? Tak mau luluh dan melebur? Setelah ditolak kemudian mencari pelarian. Berusaha menarik perhatian yang dicinta-menurutnya- dengan berbagai cara, walaupun itu benar-benar ‘menggelikan’. Apakah kalian masih berani menyebut itu cinta? Oh kawan, sadarlah. Yang kalian rasakan itu hanyalah cinta-cinta an." 

ya. Kita ahiri sampai disini saja. Oh, sebentar. Apakah aku melihat senyum tipis dari pemuda ini. Kalau saja aku tak memperhatikannya dengan seksama, senyumnya pasti terlewat olehku. ok, sampai jumpa. Aku akan selalu dengan senang  datang ke hati kalian. 



Wednesday, May 23, 2012

Aku ‘dihianati’ oleh sistem

Wednesday, May 23, 2012
Ah, betapa damai rasanya ketika shubuh kau sudah selesai mandi. Sisa paginya sebelum berangkat kuliah, kau bisa menikmatinya dengan damai, duduk di kursi, menyeduh kopi, dengerin musik yang mengalun dengan tenang dari laptop, juga sesekali melirik pada koleksi photo-photoku yang keren tapi membuat sedikit resah, dan satu lagi-oh, jangan ingatkan aku pada hal yang satu ini, ini ahir bulan sehingga aku tidak bisa ‘mengasapi’ kamarku di pagi-pagi belakangan ini, betapa dilema yang tertahan pada keronkongan dan mulut yang sedikit aga’ monyong ketika menghembuskannya. Mmh, sugguh nikmat-.

Terlelapas dari itu. Keadaan pagi yang sungguh diberkahi. Otak jadi tenang dan jernih. Keadaan batinpun beresonansi dengan indah. Berujung pada-aku sedikit malu mengatakannya- aku buka file mata kuliahku-yang jika itu sebuah buku, pasti sudah banyak debu di atasnya, pinggir-pinggir sampulnya sudah mengelupas akibat korosif karena dibiarkan tanpa perawatan selama bertahun-tahun, dan juga bisa dipastiakan bahwa lembaran-lembarannya pun sudah banyak yang lepas-. Dengan tenang, tanpa mengurangi khidmat di pagi itu, aku bisa belajar seperti-pinjam istilahnya 9gag.com- ‘like a sir’.

Ya, di pagi ini, keadaannya begitu nyaman. beberapa menit telah berlalu setelah ku aduk-aduk file mata kuliahku. Ya, beberapa puluh menit telah berlalu, tapi roda itu memang selalu berputar kawan! Setelah tenang, kemudian dengan sangat tiba-tiba tanpa pemberitauan sebelumnya(dalam masalah ini; pemberitauanny adalah bunyi yang disertai bau yang sedikit tak sedap itu).

Oh men, SHIT!, kenapa di waktu seperti ini. Sistem b*de*ah. Kenapa ga’ tadi saja ketika pergi mandi. Kenapa harus setelahnya. Sekarang aku sudah bersih dan harum-hm, hm, hm-. Sungguh ini keadaan mendesak yang tidak terhormat. Meninggalkan tempat nyaman ini demi tempat-yang kurang sopan jika dikatakan di depan umum-. Sialan, terlebih aku harus terbirit-birit setelahnya. Aku dihianati oleh sistem pencernaanku sendiri. Penghianat. Tak bisa lihat orang nyaman sedikit saja.

Ok. Fine. Sudah selesai. Ku lihat jam di hpku. Waktu masih menunjukkan 06.11. ya, masih ada banyak waktu untuk menikmatinya sampai jam 07.00. Mentari sudah terbit dan ku biarkan cahanya yang merah ke kuning-kuningan menerobos masuk lewat pintu kamarku-sekedar pemberitahuan, pintu kamarku menghadap timur-. karena kamarku lumayan berdebu, Cahanya semakin indah karena adanya efek tyndall. Ironi yang menyenangkan pada kamar yang tidak bersih.

Sesi ke-dua-pun di mulai. Meskipun moodnya sudah sedikit berkurang. Kulanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi. Kopi-pun tlah habis sesaat sebelum pup tadi. karena ini adalah masa penghematan, aku tak membuatnya lagi. ya, satu gelas di pagi hari yang tenang sudah pantas. beberapa menitpun telah berlalu dengan tenang.


Oh men, SHIT! Kumohon, jangan lagi kawan. Ini sungguh lelucon yang tidak bagus, kejam dan kurang  tolerans karena menyita waktu tenang seseorang. AKU HARUS DUA KALI BOLAK-BALIK WC, TOILET, JAMBAN-atau istilah lain yang bisa lebih tidak sopan dari istilah-istilah tersebut; untuk tempat orang jongkok yang sesekali menghembuskan nafasnya dengan berat-. Sesudah mandi pula. Oh boy, ini sungguh tidak lucu. Pagi-ku yang tenang, bersih dan necis berahir tragis.  Dan semakin menjengkelkan ketika aku harus naik-turun tangga karena WCnya sudah pada diboking-. Ya, pagi tenangku berahir di tempat orang sering melamun. Lelucon yang kejam dan menyedihkan. Sistem penghianat.

Ok. Pup tahap ke-dua telah selesai. Kini saatnya aku berangkat kuliah. Dengan sedikit harap bahwa takdir akan berujung manis ketika ku ambil motorku. Tapi sampai ku injak gigi pertama dan kulajukan motor dengan pelan. Aku hanya bisa tersenyum pasrah dan getir.

ahirulkalam ; Selamat pagi kawan! bukankah pagi ini begitu indah...

Dimensi Tak Hingga © 2014