Mencengangkan,
tidak juga, sudah sangat biasa. ‘Biasa’ adalah arti lain dari secara sadar
‘menerima’ keadaan itu. Ya, wow. Kita ‘membiasakan’ diri pada sesuatu yang
merusak merupakan sebuah(bukti apa?). Jadi jangan pikir yang mengalami degradasi
hanya mereka
yang sudah biasa melakukannya, tapi juga mereka
yang menganggap itu sudah biasa .~maaf, posisiku disini hanya sebagai pemulis, :v ~. Jadi siapa yang patut disalahkan? semua salah tentu saja,
tanggung jawabnya tidak hanya terletak pada satu golongan. Pemerintah, orang
tua, kau, dia dan rumput bergoyangpun juga terlibat. Basi.
Bagaimana dopamin
berpengaruh dalam porn-addiction?
setelah menonton
pornography(+kegiatan yang menyertainya) atau melakukan hubungan intim
setidaknya ada beberapa hormon dan neurotransmitter yang dilepaskan
1.
Norepinephrine :
meyebabkan fokus dan siaga “sesuatu akan terjadi, bersiaplah”
2.
Oxitocin dan vasopressin
: menyebabkan memori jangka panjang.
adegan pornography yang ditonton tersebut akan melekat erat di ingatan, dan
ini mempunyai efek “binding”, mengikat. Jika melakukan hubungan intim maka akan
“terikat” dengan pasangannya. Jika pornography maka akan terikat dengan gambar
(video itu juga gambar). Jika kegiatan ini dilakukan terus menerus, efek “binding”nya akan semakin kuat. Maka jangan heran
jika nantinya ada orang yang lebih terikat kepada ‘koleksinya’ ketimbang kepada
pasangannya.
3.
Endorphine: opiate alami
yang menyebabkan high
4. Setelah kegiatan ++,
otak akan melepaskan serotonim: menyebabkan tenang dan relaksasi.perasaan
nyaman ke sluruh tubuh
selain ke empat senyawa kimia
tersebut, adalagi neurotransmiter yang dilepaskan oleh otak, yaitu dopamin.
Dopamin dilepaskan dalam jumlah yang banyak dan termasuk di dalam sistem reward, menjadi reinforcement. Dopamin itu
membuat melakukan pornography lagi agar bisa mendapatkan reward itu lagi, seeking.
Jadi dimulai dari ‘tanpa sengaja’, lau terulang lagi, terus terulangi lagi, lagi dan lagi, dan nanti terjadilah
sebuah kondisi yang disebut addiction.
Dimulai
dengan satu film, terus-menerus bertambah hingga sebagian besar kehidupannya
hanya dihabiskan didepan layar, selanjutnya mungkin tidak hanya film, kelainan
seks dan tindakan asusila akan menjadi pilihan. Ini dikarenakan sensitifitasnya
mulai hilang, dibutuhkan porsi yang lebih banyak dan berat untuk menghasilkan ‘rasa’
yang sama. Dan perilaku ini tidak akan bisa instan dihentikan, jika pertama
kali pemicu perilakunya karena ‘tanpa sengaja’, selanjutnya mungkin melihat
mouse saja, bam, sudah tegang.
Parahnya, efek negatifnya bukan hanya terdengar keren
dalam konteks sosial saja, yaitu maniak, addiction,
dimana realita sekitarnya tidak bisa membuatnya menarik, acuh tak acuh, di
dalam pikirannya hanyalah ‘koleksinya’. dalam medis, perilaku ini dikarenakan
prefrontal cortex yang terlalu sering terpapar dopamin dalam jumlah banyak sehingga
mengalami kerusakan, berhenti berkembang dan menyusut. Dan ketika ini sudah
menyangkut prefrontal cortex ~bagian otak yang berperan sangat penting dalam
kehidupan manusia dan mempunyai fungsi yang sangat komplek, diantaranya adalah
sebagai pembuat keputusan, kemampuan kognitif, perencanaan, dan aktifitas
sosial dengan orang lain~. Orang yang mengalaminya secara umum tidak akan
‘masuk akal’, karena memang kemampuan reasoningny dull. Impulsive, tidak punya kendali terhadap emosinya. Semua
prosedur tersebut terjadi secara otomatis dan dua arah; aktifitas dopamin yang
sangat tinggi dan rusaknya prefrontal cortex.
tapi untungnya, prefrontal cortex yang mengalami
kerusakan tersebut bisa sembuh dan berangsur kembali pada ukuran semula, caranya
adalah dengan berhenti sepenuhnya dari aktifitas tersebut.
Bagaimana solusi konkritnya?
Ini yang lumayan sulit dan kompleks, kegiatan tersebut bermula
karena banyak faktor, seperti; psikis pelaku, berarti ini melibatkan kondisi
tempatnya tinggal, tingkat pendidikannya, kesejahteraan keluarganya, berarti
ini juga melibatkan kondisi ekonomi negara tersebut, sistem pendidikannya, dan
terus berlanjut hingga faktornya tidak terhingga banyak. Mudahnya akses
merupakan bagian dari perputaran faktor yang banyak tersebut. Artinya untuk
memperbaikinya maka seluruh lini juga harus diperbaiki. Kita semua terkait
dalam sistem, kalau pernah membaca teori chaos dan meyakininya, maka kondisi kehidupaun
ini merupakan akibat dari setiap komponen di dalamnya, dan perbuatan
sekecil apapun mungkin saja akan memberikan efek yang sangat besar , butterfy effect. Tapi ini benar-benar akan terlalu kompleks jika langsung harus diterapkan, Tapi bukan berarti itu tidak penting.
Jadi oleh seorang matematikawan, pemasalahan tersebut akan
dibuat model sistemnya, dimana yang dijadikan variabel (faktor) hanya beberapa
kondisi yang berpengaruh secara signifikan. Yah seperti seorang fisikawan yang
bisa memberikan solusi hanya pada ruang hampa udara, gerak jatuh bebas tanpa
hambatan udara, bayangkan! Mana ada kertas dan batu menyentuh tanah bersamaan.
:v
Tapi aku sendiri pun tidak begitu mendalami permasalahan
ini, jadi silahkan para pembaca sendiri yang memikirkan solusinya… >,<
Semoga
bermanfaat….
/* jika ingin tau lebih lanjut tentang dopamin, klik disini
http://dimensi-takhingga.blogspot.com/2015/06/dopamin-dan-porn-addiction-maniak.html
/* sebenarnya aku sudah pernah menulis tema semacam ini, tapi pembahasannya lebih ke arah agama
http://dimensi-takhingga.blogspot.com/2011/06/antisipasi-internet.html
No comments:
Post a Comment