Monday, July 20, 2015

Track Madura-Situbondo, Perjalanan Kenangan

Monday, July 20, 2015
“Kita telah banyak sekali melakukan perjalanan, yang dipilih sendiri atapun yang dipilihkan. Tak ada cara untuk bisa mengulanginya, kecuali hanyalah perjalanan kenangan”

Sebentar lagi liburan panjang selesai, liburan ramadhan di pesantrenku hampir dua bulan, jadi kira-kira memang sudah dua bulanan aku kerjaannya cuman duduk dan melamun. Nah bercanda, orang serius sepertiku ini tak ada waktu sedetikpun untuk hal-hal percuma. :v

Jika memikirkannya sekarang, hal-hal yang terjadi kemarin, sebelum-sebelumnya seolah tak nyata, secara umum maksudku, tidak hanya liburan kali ini saja, tapi kehidupanku sampai sekarang. Apakah yang telah lalu itu memang tidak pernah terjadi? adakah yang bisa membuktikan adanya hari kemarin? Kenangan?! ‘Cogito ergo sum’ hanyalah pembuktian adanya diri kita(aku), bukan orang lain, jadi kenangan itu bisa saja hanya akibat dari pemikiran kita, imajinasi, bukan karena memang ada, ~pemilihan kata ‘kita’ dan ‘aku’ menjadi sesuatu yang membingungkan disini. Dalam film matrix, kehidupan ini hanyalah data yang terus menerus di up-date ke dalam pikiran seseorang yang sedang tertidur. Jadi kenyataan yang kita pahami ini hanyalah kumpulan data-data pada mimpi seseorang, dan yang sedang tertidur itu adalah aku, jadi kalian semua cuma data yang ada dalam mimpiku. Apalagi dirimu, mungkin memang sangat tepat jika kau hanya disebut sebagai bunga mimpi.

Sebenarnya bukan maksudku membahas film matrix, OOT. yang ingin diceritakan adalah bahwa sebentar lagi aku akan balik ke pesantren, bukan hal yang menakjubkan, tapi memikirkan para fans yang harap-harap cemas mengetahui perjalanan yang ku lakukan sedikit berbahaya, sepertinya sedikit banyak aku perlu menceritakannya.

Aku balik ke pesantren menggunakan motor, ya sendirian, jarak dari rumah-pesantren  +- 283 km, kira-kira 6 setengah jam-an perjalanan, biasanya bisa ku tempuh di bawah 6 jam-an, tanpa berhenti sebentarpun, kecuali untuk lampu merah. Karena kekuatan sihirku ‘dragon slayer’, ketika naik kendaran umum sering mual-mual ga jelas, jadi setiap pulang ke rumah, atau ada perlu di surabaya, aku lebih memilih menggunakan motor. sudah belasan kali, dan sekarang sudah pada tahap ‘insensitif’, perjalanannya terasa hampa, ya tampa kamu yang menemani memang terasa hampa. #mungkin mulai sekarang aku harus mencoba memikirkan solusi alternatif, minum obat anti mabuk misalkan.

Dengan perjalanan selama itu di atas motor sendirian, secara teknis yang bisa dilakukan hanyalah bengong, meskipun memang kadang ada hiburan seperti aliran kendaran yang banyak di depan, menyalipnya di sela-sela sempit atau dengan fokus menunggu timing yang tepat cukup bisa memberikan kesenangan, tapi pacuan adrenalinnya hanya bertahan sebentar. meskipun keadaan seperti itu terjadi banyak kali, karena ini jalur pantura, tapi itu tidak terjadi begitu sering. Padahal dibutuhkan hiburan yang konstan, terus-menerus untuk menjaga pikiran tidak kesurupan di tengah jalan. Kau tau, Aku juga tidak ingin tiba-tiba berada ditengah hutan! ban bocor malam-malam dan mendengar bunyi cekikikan dibelakang motor sudah sangat cukup bagiku.

Karena mengobrol denganmu tidak memungkinkan, pilihan terakhir adalah mengobrol dengan otakku sendiri, terlepas dari argumen logisnya yang kadang kali menghancurkan kesenangan berfantasiku, otak adalah partner yang takkan bisa tergantikan, 24/7. Ya, kau bisa menyebutnya berpikir. Dialog kami kebanyakan topik-topik para jones, artis siapa yang disukai, karena kejadian tidak diduaga akhirnya saling jatuh cinta, lalu bahagia sepanjang masa. Keinginan kami memang tidak muluk-muluk. Ketika saking asiknya, kadang bahkan sampai lupa bagaimana tepat sebelumnya bisa menyalip beberapa kendaraan sekaligus. tidak mengherankan, itu terjadi karena aktivitas di hippocampusku tidak menkonversinya ke memori jangka panjang. Jadi ingatan/memori tentang bagaimana aku menyalip kendaraan-kendaraan itu langsung ‘dibuang’ tepat ketika selesai. Artinya juga, bahwa fantasiku lebih penting daripada caraku menghindari bahaya. #men, sepertinya aku harus berhenti menonton jkt4*.

Tapi bohong jika ku katakan bahwa semua waktu perjalanan dihabiskan berfantasi seperti itu, dengan durasi 6 setengah jam-an, pastinya dibutuhkan beberapa ratus scene/adegan mendetail untuk tetap mempertahankan alur ceritanya, dan aku masih belum sampai ke tahap itu. So, memang tidak jarang aku memikirkan hal-hal serius juga, seperti skema alur cerita naruto yang jenius, imajiansi one piece yang ga ada mati-matinya, karakter houtarou oreki cool abis, pemikiran hikigaya hachiman yang unik, dan sederet list anime/manga lainnya yang sudah dan yang ku persiapkan untuk ditonton/dibaca. Hal-hal semacam itu memang butuh pemikiran serius.

Sebenarnya perjalanan pesantren-rumah(ataupun sebaliknya) tidaklah begitu buruk, jika aku berusaha keras untuk mengehentikan kegiatan fantasiku, akan ada beberapa pemandangan dan track yang lumayan menenangkan untuk dilihat, seperti ribuan kilauan pantulan cahaya matahari pada air laut pada waktu sore hari di sepanjang jalur pasir putih, juga pendaran mega merah waktu matahari terbenam di track perbukitan tepat ketika akan memasuki perbatasan situbondo-probolinggo. Kerlap-kerlip jembatan Suramadu pada malam hari, dan sepenjang jalur di pulau madura menuju kerumahku, tidak ada yang bisa mengalahkan senangnya perjalanan yang sebentar lagi sampai ke kampung halaman.  tapi tidak ada yang ku potret. Kadang ada beberapa hal yang lebih baik dinikmati begitu saja.

Sesuatu yang sangat jauh adalah masa lalu: Imam ghozali. Ia(waktu) tidak akan pernah kembali.

Intovert, tentang hobi

Aku disebut introvert. Awal mulanya ketika pak Carl Jung ahli psikologi itu menemukanku, lalu dengan tidak sopan mendeskripsikan diriku pada beberapa pertanyaan. Jadilah sekarang aku berada pada banyak orang. Jika pada suatu kesempatan kau juga mengikuti tesnya dan memilih sebagian kolomku, itu artinya aku juga berada dalam dirimu.

Baru-baru ini aku juga dihubung-hubungkan dengan kuis old soul. Kuis yang menilai seberapa tua jiwamu (heh?). oke, aku juga tidak percaya pada pen’kotak’an dari beberapa pertanyaan semacam itu. Tapi jika boleh ku jelaskan diriku dari beberapa pertanyaannya, maka dalam kata-kata, kau akan menemukan diriku dalam kalimat ‘kurangnya gairah’, ‘tidak suka pada kebisingan’. Jika sebagian orang mengatakan dirinya “young inside”, aku akan mengatakan ‘my soul is old’.

Sebenarnya apa diriku? Apakah aku hanya sebuah pertanyaan-pertanyaan? Ntahlah, yang jelas aku bukan hantu, lebih halus dari itu. Aku akan dengan mudah bisa kau temukan di beberapa orang sekaligus. Apakah ini sudah terdengar membingungkan. Oke, agar tidak terlalu abstrak, mari ku jelaskan diriku hanya dari tubuh seseorang. Jadi izinkan aku meminjam tubuh anak muda yang sedang termangu menatap keluar dari balik jendela kamarnya ini.

Demi kerahasian sebuah saksi, aku takkan memperkenalkan dirinya secara formal. Tapi begini saja, seperti tipikal orang bertipe introvert(aku); dia orang yang kelihatan tanpa ekspresi, cuek, dan mempunyai tatapan yang dingin.

Dengan perlahan aku menyadarkan diri di dalam dirinya, sebenarnya ini penjelasan yang kurang tepat, bagaimana kalau kita ambil istilahnya orang sinis saja, bahwa hadirnya diriku dalam dirinya adalah sebuah manipulasi otak dengan melibatkan sugesti secara terus-menerus. Yang tak diragukan lagi, sugestinya adalah pertanyaan-pertanyaan itu. Sebentar! kita tinggalkan itu, dan beralih pada sensasi yang mulai kurasakan dari tubuh anak muda ini. Ingatannya menyerbu seketika. Tapi sudahlah, Aku takkan membuatmu bosan dengan rincian-rincian ingatannya.

Singkatnya, nikmat rasanya bisa menggunakan tubuh seseorang secara sadar. Tenang, aku juga tau tentang peraturan, yang akan ku ceritakan hanya beberapa hal, jadi kau tak perlu menggigit jari menantinya, ini bukan seperti dorama korea yang penuh intrik itu, menontonnya saja sudah sangat melelahkan.

Musim; Katanya selalu ada kecendrungan berbeda pada setiap musim yang kita alami,  mungkin karena Sekarang musim hujan, yang langitnya bisa saja seharian menjadi kelabu, hujan, ada juga semilir angin laut yang menyentuh kulit, terasa dingin dan basah sekaligus. Apakah kau juga merasakannya? iya, ingin sekali rasanya menatap lekat-lekat seseorang, sekedar bermalas-malasan melihat desktop computer. Tapi tidak dengan pilihan berteriak-teriak di pantai, atau berlari ke hutan. Bagiku menikmati rintik-rintik hujan dengan sendu sudah sangat cukup-Ku harap kalian tidak muntah-muntah saat membacanya.

Jika kau orang yang sangat peka atau ntahlah, mampu membaca pikiran seseorang mungkin, maka sedetik kemudian kau akan dengan lantang berteriak ”Aha! Kau benar-benar tidak ekspresif!”. Ya, mungkin. Dalam padanan bahasanya kau akan menemukan kata ‘internal’, ‘menahan diri’, lalu dengan mudah kau akan menghubung-hubungkannya dengan keadaanku, yang kadang dengan tiba-tiba berada sendirian di sudut ruangan, bukan secara harfiah tapi secara substansi, biasanya orang alay lebih suka menggunakan istilah “aku terasing di tengah keramaian”, terserahlah. Pada momen yang sangat sering terjadinya ini, layaknya seorang penonton, lingkungan disekitarku berubah menjadi layar-layar digital seperti saat sedang menonton televisi. informasi datang dalam bermacam bentuk, misal pada suatu waktu ketika ada pasangan bertengkar, yang akan muncul di pikiran-ku adalah “drama yang lumayan bagus, tampak nyata, apakah mereka sedang syuting sinetron?”, dan pada waktu lain, akan muncul “teruslah seperti itu. Itulah gunanya peraturan, menumpuk rasa bersalahmu karena melanggarnya. bertengkarlah terus”. Jika ada kesempatan untuk mengatakan sesuatu, aku akan sangat senang mengatakan ini ”apakah kalian sedang syuting sinetron? Kalau ga, diamlah. Karena yang lain tidak mendapatkan bayaran dari menjadi figuran di drama kalian”.

Kadang sekali, sangat jarang, aku menyadari keadaanku ini sebuah masalah, dan menjadi semakin tidak jelas ketika yang lain melihat-ku, kesannya adalah eksklusiv. Mematung sendirian di sudut ruangan sambil membentur-benturkan diri ke tembok bagi mereka sepertinya kelihatan Elit. serius, berhentilah mengajakku bercanda. juga dengan sangat sadar aku tahu bahwa suara kecil yang coba kalian sembunyikan itu, mengartikan bahwa diamku adalah sebuah bentuk keangkuhan.

“waktu adalah pengetahuan(?), kekuatan datang dari pengetahuan”. Maka bolehkah jika aku mengajukan pembelaan?. dalam buku language and communication yang tidak lama ini telah ku baca. Komunikasi dan konversasi berada pada tingkatan berbeda. Komunikasi adalah proses penerimaan informasi oleh mahluk hidup. Pada basic level, komunikasi membutuhkan pengirim dan penerima, dan tidak terkhusus hanya manusia dengan manusia lainnya, dengan buku misalkan. Komunikasi ini adalah hal yang penting. sedangkan konversasi(basa-basi) adalah bentuk percakapan sosial yang informal antara satu dengan yang lainnya menggunakan verbal, digunakan untuk menguatkan atau mengubah hirarki sosial seseorang di dalam masyarakat. Pentingkah konversasi ini? Relatif penting, konversasi adalah salah satu ‘perekat’ paling kuat dalam masyarakat kita, tapi menjadi relatif tidak penting karena kebanyakan konten yang diperbincangkan berisi hal-hal negatif. Jadi percayalah, Aku lebih suka menggalau sendirian di dalam kamar, atau menghabiskan berjam-jam waktuku membaca koleksi bukuku ketimbang membuat mulutku berbusa-busa di dalam obrolan (atau tanganku sampai gemetaran karena telalu cepat dan intens mengetik), dan aku yakin, kau pasti tidak ingin melihatnya. Sial, aku sedang tidak menyombongkan diri, kalau kau iri, diamlah, tutup mulutmu itu. Duduk di atas meja, lalu perlahan pejamkan matamu. Tidur di atas meja belajar itu memberikan sensasi yang berbeda. Kau belajar lalu tertidur, bukankah itu terdengar keren.

Jadi, bukankah sekarang sudah jelas. Ini hanyalah masalah seberapa derajat kau ingin membaur dengan orang lain, kalau interaksi sosial sangat penting bagimu. Maka biarkanlah aku melakukan kepentinganku sendiri. Tentu saja kadang muncul keinginan untuk melakukan obrolan yang lancar dengan orang lain, tapi kebutuhan itu sangat sedikit, dan kadang belum sempat terjadipun, keinginan itu telah menguap dengan cepat dan meninggalkanku sendirian dengan kasurku yang empuk.

Aku juga tidak memepersalahkan ketika orang lain berpikiran masih “Ada jarak” ketika aku sudah bersusah-payah melakukan interaksi, atau “kau berubah” pada waktu lain ketika dengan sadar ku putuskan keluar dari obrolan. Bukan berarti aku antisosial, hanya saja kebutuhanku untuk waktu privasi memang lebih banyak dari yang bisa kalian bayangkan. Jangan tanyakan apa yang aku lakukan di waktu privasiku. Karena aku tidak ingin membuat mata kalian berbinar-binar ketika mengetahuinya, lalu menjadi penggemar fanatikku. Popularitas itu adalah hal yang melelahkan.

Yang ingin ku ingin jelaskan hanyalah beberapa hal, sebenarnya tidak masalah bagiku untuk menceritakan beberapa pengalamanku apa adanya. Tapi sepertinya orang-orang cendrung lebih menyukai sesuatu yang dibuat-buat. Maka mungkin aku telah menipu kalian dengan skenariao tersebut. Siapa yang tau?! Kompleksitasku bukan sesuatu yang bisa diuraikan dalam sebatas pertanyaan-pertanyaan, dan karena sekarang aku sudah puas, pertimbangan yang logis jika ini ku akhiri sekarang.

note: tulisan di atas hanyalah fantasiku tentang sebuah karakter dalam tokoh fiktif

Wednesday, July 15, 2015

Wednesday, July 15, 2015
Sulit mengatakan bahwa kita semua tau apakah telah mengambil keputusan yang tepat, persepsi dan pengetahuan hanya disusun dari sesuatu yang samar dan mudah sekali runtuh, dan kita sering kali hanya melakukan sesuatu karena terpaksa untuk meyakininya

Monday, June 29, 2015

Yakin kita sudah bisa memutuskan?

Monday, June 29, 2015

Ketika kita bicara diterimanya sebuah ibadah, maka secara syar’i ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: syarat, rukun dan batalnya ibadah tersebut. Dengan kata lain, kita harus tau pada perkara-perkara tersebut, misalkan kasus dalam sholat
  1. Syarat: Seorang non islam melakukan sholat dengan sempurna; sempurna disini maksudnya rukun-rukunnya dilaksanakan semua; meskipun sholatnya telah sempurna, holatnya tidak shah secara syar’i karena salah satu syarat sholat adalah muslim.
  2. Rukun: Sujud syahwi; seoseorang sholat dan lupa membaca ayat setelah surat alfatihah lalu dia menggantinya dengan sujud syahwi, sujud syahwi itu adalah sujud yang dilakukan untuk mengganti sunnah ab’adal(walaupun sebenarnya, ketika melakukan kelupaan apapun waktu sholat disunnahkan melakukan sujud syahwi); salah satu sunnah ab'addal adalah bacaan ayat setelah surat alfatihah,
    Sujud syahwi ini bisa saja membuat sholatnya seseoramg menjadi tidak shah, kenapa? Karena mengganggap bahwa sujud syahwi/bacaan ayat itu wajib dilakukan, padahal tidak. Sujud syahwi itu bukan rukun, walaupun memang ditekankan untuk dilakukan(sunnah).
    Salah satu penyebab tidak diterimanya sebuah ibadah adalah ketika kita mencampur adukkan antara yang rukun dengan yang sunnah. artinya kita harus tau mana yang rukun mana yang sunnah. Ketika kita mengganggap sunah sebagai rukun, kita telah mengubah rukun-rukun sholat, begitu juga sebaliknya.
  3. Batal: Tentang bathalnya sholat; ketika seorang sedang sholat, salah seorang temannya mengajak makan, dia menjawab “oke bro, tak selesaikan sholatku dulu”, sholatnya bathal.

Penting beett pengetahuan itu, bahkan dalam suatu mushaf dikatakan bahwa ibadahny orang bodoh(tidak tau) tidak diterima. Jelas, karena semua ada panduannya, kecuali kalau memang maw membuat peraturan baru, silahkan, yang penting sudah punya dalil yang kuat. Perbedaan ‘Ulama’ adalah rahmat.

Nah berbicara tentang ibadah, niat adalah salah satu hal yang sangat penting, rukun. Sebagian ulama’ menyepakati bahwa niat adalah sepertiga nya ibadah, dan yang jelas jika niatnya seseorang tidak benar maka ibadahnya tidak shah.   

Niat itu letaknya di dalam hati, dan ihklash itu menjadi salah satu syarath niat, artinya juga tidak boleh bersamaan dengan riya’. Misalkan orang sholat niatny menunaikan kewajiban lillahi ta’ala dan demi bokap gebetannya biar kelihatan alim, maka niatnya tidak shah, apalagi malah niatnya cuman biar keliatan alim. Iya hangus ibadahnya, seperti kayu pada api yang menjadikannya abu. Suit suit.

Pendapat di atas adalah kesepakatan sebagian besar ulama’: Niat melakukan ibadah itu solely untuk Allah SWT. Dia sebenar-benarnya tujuan.

Akibatnya pada kita, karena niat itu letaknya di hati dan ihklash juga tidak ada bentuk konkretnya, Maka niat kita, apapun isinya hanya diri kita sendiri dan Allah yang tau, dan malaikatnya tentu saja. Private. Terlepas dari konteks apapun, entah itu status di sosmed, kita jalan kaki ke masjid, sholat berjama’ah ~tidak dipungkiri orang lain juga pasti liat~, dan yang sejenis, kita bukan hakim, dan bahkan pendapat di atas bukanlah keputusan final, kita hanya menjalani apa yang kita yakini. Hakim yang sebenarnya hakim adalah Yang di atas, maka birkan Dia yang menilai.

Note: sebagian besar isi dasar pendapat di atas saya ambil di fathul qorib~asy-syekh muhammad bin qosim al-ghazy dan di al-faraidu albahiyyah, tentang qoidl fiqh ~ sayyid abi bakar al-ahdali yaman al-syafi’i, yang ada terjemahan indonesianya oleh ustad pesantrean tempat saya nyantri, ust. Zainal arifin ‘abdul lathif. Blank baca kitab gundul, terjemahanpun jadi, tapi ingat, salah satu syarat orang mencari ilmu adalah adanya guru.

Jika hanya ingin memberi tau, mungkin ada cara yang lebih tepat.

Semoga bermanfaat.

Tuesday, June 23, 2015

Komunikasi: kau dan dia memang berbeda

Tuesday, June 23, 2015
Kita semua berkomunikasi dengan cara yang berbeda, tentu karena dasarnya kita memang berbeda, :v. dan dari perbedaan(apapun itu) biasanya akan muncul sebuah konflik(perbedaan), entah itu karena kesalah pahaman, atau karena kita tidak punya toleransi terhadap cara berkomunikasi orang lain, atau alasan yang lain. Oke misalkan, Seorang berdoa atau menulis amaliayahnya lewat sosmed, sebagian orang akan menanggapi “doa koq lewat sosmed/pamer amal ibadah ta”, atau ada anak baru pubertas mengunggah photonya yang sedang menangis dan menceritakan sisi tragisnya karena diputus pacarnya di sosmed, sebagian akan menanggapi “dia mengumbar kehidupan pribadinya di depan umum, anak muda jaman sekarang”. Itu semua adalah bentuk komunikasi, apakah itu buruk atau tidak? Kenapa, apa yang menjadi parameternya?

Sebelumnya mungkin kita sebaiknya tau apa itu komunikasi, “komunikasi secara umum diartikan sebagai proses dimana informasi diterima oleh individu/kelompok. Pada level yang paling dasar, komunikasi melibatkan pengirim dan penerima”.  ketika ada penyampaian pesan, informasi, sudah sangat pasti bahwa kemungkinan besar tidak semuanya akan tersampaikan/diterima, karena dalam proses itu akan ada noise/interference. Entah itu secara fisik atau secara makna. Secara fisik seperti ketika asik-asik gosip tiba-tiba ada bunyi knalpot motor. secara makna, ketika berkomunikasi dengan orang lain akan ada proses penyaringan di dalam pikiran kita, baik saringan itu dari sisi agama, budaya, pendidikan, pengalaman ataupun yang lain, misalkan, pada sore yang cerah ada  dua seorang pemuda gagah nan ganteng berjalan-jalan di taman, kemudian salah seorang tiba-tiba melihat bunga dan berkata

“ah, itu ada mawar putih”

Yang seorang lagi akan memfilter dalam pikirannya hmm, alba: mawar putih. Hasil persilangan rosa arvensis dan rosa alba. Merupakan salah satu mawar yang paling tua. Lalu dia berkata pada temannya. “pilihanmu tidak buruk, tapi warnya yang putih tidak cocok dengan kepribadianku yang gelap, aku lebih memilih mawar hitam”. Dia menjawab seperti ini karena dia menduga bahwa temannya tertarik dengan mawar putih, tapi sebenanrnya apa yang ingin disampaikan oleh temannya ketika bilang “ah, itu ada mawar putih” adalah bahwa mawar itu telah membuka kenangan pahitnya dan sangat jenuh dengan semua mawar putih. KENAPAAAA?

Gampangnya ketika seorang mengatakan indah, meskipun kita juga mengartikannya juga sebagai indah, tapi indahnya dia tidak sama dengan indahnya kita.  Ya, sangat jelas, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain kita semua menggunakan filter di dalam otak kita dan mencoba memahami apa maksudnya, tapi kita akan tetap gagal paham, Meskipun mungkin kita menganggap memahami apa maksudnya, itu hanya permukaanya saja, just on the surface. jadi sebenarnya usaha untuk memahami seseorang secara sepenuhnya adalah pekerjaan sia-sia, kecuali itu adalah orang yang sama persis, persis sama, tapi itu tidak mungkin.

Pikiranku secara sinis mungkin akan diartikan bahwa kebanyakan hubungan diantara manusia itu juga palsu, karena didasarkan pada saling pengertian, sedangkan itu tidak mungkin. Aku tak kan menyangkalnya, kalian pikir bahwa kalian mengerti satu sama lain? saling pengertian yang kalian maksud itu hanyalah ilusi.

Mungkin benar kita tidak mungkin sepenuhnya mengerti orang lain, tapi sebagian saja mungkin masih bisa. Dan itu yang penting, usaha kita untuk mengerti orang lain, mencoba menempatkan diri pada posisinya, empati. Lalu ber-toleransi dengan kesalahan komunikasi yang mungkin terjadi, bukan hanya dengan pasangan atau keluarga kita, tapi dengan semua orang, bagaimana lagi, karena kita semua berbeda-beda.

Dan kembali pada kasus 1 di paragrap pertama, meskipun logis jika mengatakan apa yang dilakukannya itu tidak efisien, karena jika dia ingin berkomunikasi dengan Allah SWT, menggunakan sosmed relatif tidak perlu, tapi apa yang dia maksudkan/pikirkan siapa yang tau, dan sepenuhnya bukan hak kita untuk menghakimi niatnya. Dan kasus 2, meski mungkin sudah jelas bahwa apa yang dia lakukan adalah curhat, kalau jaman batu dulu curhat dilakukan antara yang mereka yang sangat dekat (atau dengan diary mungkin), tapi di jaman serba teknologi sekarang, kita seringkali memilih ‘curhat’ dengan orang yang kadang sama sekali asing, dengan kadar curhatan kita yang berbeda, bukankah status kita di sosmed itu sudah sangat jelas, atau blog ini. Apakah itu buruk? Entahlah, relatif. Yang pasti kita telah mengalami transformasi dalam berkomunikasi. Mungkin kita akan membahasnya di lain kesempatan.

karena kita tidak mungkin sepenuhnya mengerti satu sama lain, jadi kita mungkin bisa berhenti memaksa orang lain untuk mengerti kita, dan mulai menumbuhkan empati dan bertoleransi terhadap orang lain. Dan karena ketika berkomunikasi akan selalu ada aliran dua arah atau lebih (pemberi dan penerima pesan), maka mungkin sebaiknya kita lebih berhati-hati ketika ingin menyampaikan atau memproses pesan yang diterima.


Note : pendapatku di atas ini bukan karena aku orang yang sudah bisa menerapkannya, malah sebaliknya, komunikasi dan semua prosesnya itu hanyalah butiran debu bagiku :3. Jika sudah memutuskan berada ditengah komunitas, maka bersikaplah layaknya bagian darinya.

Sunday, June 14, 2015

Dopamine dan Porn-Addict, Maniak

Sunday, June 14, 2015
Dewasa ini mungkin pornografi bisa dibilang sangat lumrah. Lumrah disini artinya bahwa pornografi sangat mudah untuk diakses, jika dulu yang bisa menikmatinya hanya orang-orang yang sudah cukup umur, mungkin malah hanya terbatas pada mereka yang sudah menikah, tapi sekarang anak balita yang baru graduate menyususui dari ibunya bisa langsung upgrade menyusui dengan arti yang benar-benar berbeda. Maaf, mencari padanan kata yang sopan untuk hal semacam itu memang sulit.
Mencengangkan, tidak juga, sudah sangat biasa. ‘Biasa’ adalah arti lain dari secara sadar ‘menerima’ keadaan itu. Ya, wow. Kita ‘membiasakan’ diri pada sesuatu yang merusak merupakan sebuah(bukti apa?). Jadi jangan pikir yang mengalami degradasi hanya mereka yang sudah biasa melakukannya, tapi juga mereka yang menganggap itu sudah biasa .~maaf, posisiku disini hanya sebagai pemulis, :v ~. Jadi siapa yang patut disalahkan? semua salah tentu saja, tanggung jawabnya tidak hanya terletak pada satu golongan. Pemerintah, orang tua, kau, dia dan rumput bergoyangpun juga terlibat. Basi.
           
Bagaimana dopamin berpengaruh dalam porn-addiction?
setelah menonton pornography(+kegiatan yang menyertainya) atau melakukan hubungan intim setidaknya ada beberapa hormon dan neurotransmitter yang dilepaskan
1.      Norepinephrine : meyebabkan fokus dan siaga “sesuatu akan terjadi, bersiaplah”
2.      Oxitocin dan vasopressin : menyebabkan memori jangka panjang.
adegan pornography yang ditonton tersebut akan melekat erat di ingatan, dan ini mempunyai efek “binding”, mengikat. Jika melakukan hubungan intim maka akan “terikat” dengan pasangannya. Jika pornography maka akan terikat dengan gambar (video itu juga gambar). Jika kegiatan ini dilakukan terus menerus, efek “binding”nya akan semakin kuat. Maka jangan heran jika nantinya ada orang yang lebih terikat kepada ‘koleksinya’ ketimbang kepada pasangannya.
3.      Endorphine: opiate alami yang menyebabkan high
4.   Setelah kegiatan ++, otak akan melepaskan serotonim: menyebabkan tenang dan relaksasi.perasaan nyaman ke sluruh tubuh
selain ke empat senyawa kimia tersebut, adalagi neurotransmiter yang dilepaskan oleh otak, yaitu dopamin. Dopamin dilepaskan dalam jumlah yang banyak dan termasuk di dalam sistem reward, menjadi reinforcement. Dopamin itu membuat melakukan pornography lagi agar bisa mendapatkan reward itu lagi, seeking.
Jadi dimulai dari ‘tanpa sengaja’, lau terulang lagi, terus terulangi lagi, lagi dan lagi, dan nanti terjadilah sebuah kondisi yang disebut addiction. Dimulai dengan satu film, terus-menerus bertambah hingga sebagian besar kehidupannya hanya dihabiskan didepan layar,  selanjutnya mungkin tidak hanya film, kelainan seks dan tindakan asusila akan menjadi pilihan. Ini dikarenakan sensitifitasnya mulai hilang, dibutuhkan porsi yang lebih banyak dan berat untuk menghasilkan ‘rasa’ yang sama. Dan perilaku ini tidak akan bisa instan dihentikan, jika pertama kali pemicu perilakunya karena ‘tanpa sengaja’, selanjutnya mungkin melihat mouse saja, bam, sudah tegang.
Parahnya, efek negatifnya bukan hanya terdengar keren dalam konteks sosial saja, yaitu maniak, addiction, dimana realita sekitarnya tidak bisa membuatnya menarik, acuh tak acuh, di dalam pikirannya hanyalah ‘koleksinya’. dalam medis, perilaku ini dikarenakan prefrontal cortex yang terlalu sering terpapar dopamin dalam jumlah banyak sehingga mengalami kerusakan, berhenti berkembang dan menyusut. Dan ketika ini sudah menyangkut prefrontal cortex ~bagian otak yang berperan sangat penting dalam kehidupan manusia dan mempunyai fungsi yang sangat komplek, diantaranya adalah sebagai pembuat keputusan, kemampuan kognitif, perencanaan, dan aktifitas sosial dengan orang lain~. Orang yang mengalaminya secara umum tidak akan ‘masuk akal’, karena memang kemampuan reasoningny dull. Impulsive, tidak punya kendali terhadap emosinya. Semua prosedur tersebut terjadi secara otomatis dan dua arah; aktifitas dopamin yang sangat tinggi dan rusaknya prefrontal cortex.
tapi untungnya, prefrontal cortex yang mengalami kerusakan tersebut bisa sembuh dan berangsur kembali pada ukuran semula, caranya adalah dengan berhenti sepenuhnya dari aktifitas tersebut.

Bagaimana solusi konkritnya?
Ini yang lumayan sulit dan kompleks, kegiatan tersebut bermula karena banyak faktor, seperti; psikis pelaku, berarti ini melibatkan kondisi tempatnya tinggal, tingkat pendidikannya, kesejahteraan keluarganya, berarti ini juga melibatkan kondisi ekonomi negara tersebut, sistem pendidikannya, dan terus berlanjut hingga faktornya tidak terhingga banyak. Mudahnya akses merupakan bagian dari perputaran faktor yang banyak tersebut. Artinya untuk memperbaikinya maka seluruh lini juga harus diperbaiki. Kita semua terkait dalam sistem, kalau pernah membaca teori chaos dan meyakininya, maka kondisi kehidupaun ini merupakan akibat dari setiap komponen di dalamnya, dan perbuatan sekecil apapun mungkin saja akan memberikan efek yang sangat besar , butterfy effect. Tapi ini benar-benar akan terlalu kompleks jika langsung harus diterapkan, Tapi bukan berarti itu tidak penting.
Jadi oleh seorang matematikawan, pemasalahan tersebut akan dibuat model sistemnya, dimana yang dijadikan variabel (faktor) hanya beberapa kondisi yang berpengaruh secara signifikan. Yah seperti seorang fisikawan yang bisa memberikan solusi hanya pada ruang hampa udara, gerak jatuh bebas tanpa hambatan udara, bayangkan! Mana ada kertas dan batu menyentuh tanah bersamaan. :v
Tapi aku sendiri pun tidak begitu mendalami permasalahan ini, jadi silahkan para pembaca sendiri yang memikirkan solusinya… >,<


Semoga bermanfaat….

/* jika ingin tau lebih lanjut tentang dopamin, klik disini
http://dimensi-takhingga.blogspot.com/2015/06/dopamin-dan-porn-addiction-maniak.html

/* sebenarnya aku sudah pernah menulis tema semacam ini, tapi pembahasannya lebih ke arah agama
http://dimensi-takhingga.blogspot.com/2011/06/antisipasi-internet.html

Dopamine, si Hunter

Apa itu Dopamin?

Dopamin adalah hormon dan neurotransmitter. Meskipun jumlah Dopaminergic neurons terbilang sedikit jika dibandingkan dengan yang lain – totalny kira-kira 400,000 didalam otak- tapi dopamin memainkan peranan yang sangat penting didalam otak maupun tubuh. Di dalam otak dopamin berperan sangat penting dalam kontrol motorik, motifasi, arousal, kemampuan kognitif dan reward, begitu juga perannya dalam fungsi yang lebih rendah seperti kepuasan seksual, dll.
Ada 7 tempat Dopaminergic neurons di dalam otak, tapi disini akan dibatasi hanya pada dua tempat ~hanya yang berhubungan dengan bahasan pornography~ yaitu di Substantia Nigra dan Ventral Tegmental Area.
Gambar
A.    Subtansia Nigra dan Kontrol motorik

Substantia Nigra merupakan komponen dari basal ganglia. Penjelasan yang tepat untuk peran dopamin di daerah ini masih belum ada, tapi satu kalimat yang populer adalah sebagai “Response Selection”.  Teorinya adalah ketika orang atau hewan dihadapakan pada sebuah situasi dengan beberapa pilihan aksi, aktifitas basal ganglia yang akan menentukan aksi mana yang akan diksekusi. Seperti gambar disamping, ketika ada pembullyan dan pilihannya aksinya ada tiga macam. Basal gangglia yang menentukan aksi mana yang akan diekskusi. Tapi peran disini hanya terbatas sebagai inisiai, bukan detail bagaimana aksi tersebut akan dilakukan.
Dopamin diperkirakan mengatur response selection dalam dua cara
1.      Effort Thereshold:
dopamin desini berpereran sebagai takaran seberapa banyak usaha yang dibutuhkan untuk memicu sebuah kebiasaan (aksi) tertentu. Semakin tinggi aktivitas dopamin pada sebuah kebiasaan, maka semakin mudah kebiasan tersebut akan diekskusi.
2.      Teaching” Signal:
ketika respon motorik setelahnya diikuti aktifitas dopamin yang tinggi, maka basal ganglia diubah sehingga dalam kondisi yang mirip, respon (aksi) tersebut akan lebih mudah dipicu. Cara ini merupakan salah satu bentuk peran dopamin dalam reward sistem ~akan dijelaskan dibawah.

B.     Ventral Tegmental Area (VTA)
Dopamin di dalam ventral tegmental area diproyeksikan ke banyak tempat, tapi proyeksi terbesar adalah ke nucleus accumbens dan prefrontal cortex, ini otomatis, artinya area-area tersebut ‘pasti’ akan menerima dopamin dari aktivitas VTA. Peran dopamin dalam area ini dibagi menjadi dua peran besar, yaitu Reward dan kemampuan kognitif
1.      Reward
Reward adalah pembangkit rangsangan yang diberikan kepada manusia atau hewan untuk mengubah kebiasaannya. Reward biasanya bertindak sebagai penguat (reinforcement), membuat kebiasan (aksi) tersebut kemungkinan terjadinya di masa datang lebih besar. “kita akan melakukan seseuatu untuk mendapatkannya, seeking”. Reward biasanya diberikan setelah melakukan hubungan intim, makan, dll.
Dopamin di VTA sangat berhubungan erat dengan sistem reward ini, tapi masih dalam perdebatan apakah dopamin reward itu sendiri atau hanya salah satu bagian dari sistem reward, tapi ini kita skip saja.
Ada bukti nyata bahwa dopamin bukan sebagai reward itu sendiri tapi lebih ke reward prediction error. Jadi menurut hipotesis ini, reward yang diharapkan (seharusnya) tidak akan menimbulkan peningkatan atau pengurangan aktifitas pelepasan dopamin, sedangkan reward yang melebihi dari yang diharapkan akan melepaskan dopamin yang banyak dalam waktu yang singkat, begitu juga sebaliknya.  Contoh kasus misalkan; aku jalan-jalan pagi dengan harapan hanya agar tubuh sehat, tapi tiba-tiba ada cewek cantik menembakku, mata lebar berkaca-kacanya, bau parfumnya yang mengalahkan bau apek bajuku yang sudah satu minggu tidak dicuci, Ini benar-benar diluar skenario. Jadi apa yang terjadi dengan pelepasan dopaminku? Sangat jelas, pelepasan dopaminku jauh dibawah kadar biasanya. sial, cewek ini ganggu jalan-jalan pagi aja. :3
2.      Kemampuan Kognitif
Peran dopamin disini merupakan proyeksinya ke daerah prefrontal cortex,  tapi jika pelepasasn dopamin terlalu banyak atau terlalu sedikit, ini akan membuat kemampuan cognitif rusak.

/* Sumber utama adalah wiki.. wkwkwkwk


Dimensi Tak Hingga © 2014