Monday, July 20, 2015

Track Madura-Situbondo, Perjalanan Kenangan

Monday, July 20, 2015
“Kita telah banyak sekali melakukan perjalanan, yang dipilih sendiri atapun yang dipilihkan. Tak ada cara untuk bisa mengulanginya, kecuali hanyalah perjalanan kenangan”

Sebentar lagi liburan panjang selesai, liburan ramadhan di pesantrenku hampir dua bulan, jadi kira-kira memang sudah dua bulanan aku kerjaannya cuman duduk dan melamun. Nah bercanda, orang serius sepertiku ini tak ada waktu sedetikpun untuk hal-hal percuma. :v

Jika memikirkannya sekarang, hal-hal yang terjadi kemarin, sebelum-sebelumnya seolah tak nyata, secara umum maksudku, tidak hanya liburan kali ini saja, tapi kehidupanku sampai sekarang. Apakah yang telah lalu itu memang tidak pernah terjadi? adakah yang bisa membuktikan adanya hari kemarin? Kenangan?! ‘Cogito ergo sum’ hanyalah pembuktian adanya diri kita(aku), bukan orang lain, jadi kenangan itu bisa saja hanya akibat dari pemikiran kita, imajinasi, bukan karena memang ada, ~pemilihan kata ‘kita’ dan ‘aku’ menjadi sesuatu yang membingungkan disini. Dalam film matrix, kehidupan ini hanyalah data yang terus menerus di up-date ke dalam pikiran seseorang yang sedang tertidur. Jadi kenyataan yang kita pahami ini hanyalah kumpulan data-data pada mimpi seseorang, dan yang sedang tertidur itu adalah aku, jadi kalian semua cuma data yang ada dalam mimpiku. Apalagi dirimu, mungkin memang sangat tepat jika kau hanya disebut sebagai bunga mimpi.

Sebenarnya bukan maksudku membahas film matrix, OOT. yang ingin diceritakan adalah bahwa sebentar lagi aku akan balik ke pesantren, bukan hal yang menakjubkan, tapi memikirkan para fans yang harap-harap cemas mengetahui perjalanan yang ku lakukan sedikit berbahaya, sepertinya sedikit banyak aku perlu menceritakannya.

Aku balik ke pesantren menggunakan motor, ya sendirian, jarak dari rumah-pesantren  +- 283 km, kira-kira 6 setengah jam-an perjalanan, biasanya bisa ku tempuh di bawah 6 jam-an, tanpa berhenti sebentarpun, kecuali untuk lampu merah. Karena kekuatan sihirku ‘dragon slayer’, ketika naik kendaran umum sering mual-mual ga jelas, jadi setiap pulang ke rumah, atau ada perlu di surabaya, aku lebih memilih menggunakan motor. sudah belasan kali, dan sekarang sudah pada tahap ‘insensitif’, perjalanannya terasa hampa, ya tampa kamu yang menemani memang terasa hampa. #mungkin mulai sekarang aku harus mencoba memikirkan solusi alternatif, minum obat anti mabuk misalkan.

Dengan perjalanan selama itu di atas motor sendirian, secara teknis yang bisa dilakukan hanyalah bengong, meskipun memang kadang ada hiburan seperti aliran kendaran yang banyak di depan, menyalipnya di sela-sela sempit atau dengan fokus menunggu timing yang tepat cukup bisa memberikan kesenangan, tapi pacuan adrenalinnya hanya bertahan sebentar. meskipun keadaan seperti itu terjadi banyak kali, karena ini jalur pantura, tapi itu tidak terjadi begitu sering. Padahal dibutuhkan hiburan yang konstan, terus-menerus untuk menjaga pikiran tidak kesurupan di tengah jalan. Kau tau, Aku juga tidak ingin tiba-tiba berada ditengah hutan! ban bocor malam-malam dan mendengar bunyi cekikikan dibelakang motor sudah sangat cukup bagiku.

Karena mengobrol denganmu tidak memungkinkan, pilihan terakhir adalah mengobrol dengan otakku sendiri, terlepas dari argumen logisnya yang kadang kali menghancurkan kesenangan berfantasiku, otak adalah partner yang takkan bisa tergantikan, 24/7. Ya, kau bisa menyebutnya berpikir. Dialog kami kebanyakan topik-topik para jones, artis siapa yang disukai, karena kejadian tidak diduaga akhirnya saling jatuh cinta, lalu bahagia sepanjang masa. Keinginan kami memang tidak muluk-muluk. Ketika saking asiknya, kadang bahkan sampai lupa bagaimana tepat sebelumnya bisa menyalip beberapa kendaraan sekaligus. tidak mengherankan, itu terjadi karena aktivitas di hippocampusku tidak menkonversinya ke memori jangka panjang. Jadi ingatan/memori tentang bagaimana aku menyalip kendaraan-kendaraan itu langsung ‘dibuang’ tepat ketika selesai. Artinya juga, bahwa fantasiku lebih penting daripada caraku menghindari bahaya. #men, sepertinya aku harus berhenti menonton jkt4*.

Tapi bohong jika ku katakan bahwa semua waktu perjalanan dihabiskan berfantasi seperti itu, dengan durasi 6 setengah jam-an, pastinya dibutuhkan beberapa ratus scene/adegan mendetail untuk tetap mempertahankan alur ceritanya, dan aku masih belum sampai ke tahap itu. So, memang tidak jarang aku memikirkan hal-hal serius juga, seperti skema alur cerita naruto yang jenius, imajiansi one piece yang ga ada mati-matinya, karakter houtarou oreki cool abis, pemikiran hikigaya hachiman yang unik, dan sederet list anime/manga lainnya yang sudah dan yang ku persiapkan untuk ditonton/dibaca. Hal-hal semacam itu memang butuh pemikiran serius.

Sebenarnya perjalanan pesantren-rumah(ataupun sebaliknya) tidaklah begitu buruk, jika aku berusaha keras untuk mengehentikan kegiatan fantasiku, akan ada beberapa pemandangan dan track yang lumayan menenangkan untuk dilihat, seperti ribuan kilauan pantulan cahaya matahari pada air laut pada waktu sore hari di sepanjang jalur pasir putih, juga pendaran mega merah waktu matahari terbenam di track perbukitan tepat ketika akan memasuki perbatasan situbondo-probolinggo. Kerlap-kerlip jembatan Suramadu pada malam hari, dan sepenjang jalur di pulau madura menuju kerumahku, tidak ada yang bisa mengalahkan senangnya perjalanan yang sebentar lagi sampai ke kampung halaman.  tapi tidak ada yang ku potret. Kadang ada beberapa hal yang lebih baik dinikmati begitu saja.

Sesuatu yang sangat jauh adalah masa lalu: Imam ghozali. Ia(waktu) tidak akan pernah kembali.

No comments:

Dimensi Tak Hingga © 2014