Aku disebut introvert. Awal mulanya ketika pak Carl Jung ahli psikologi itu menemukanku, lalu dengan tidak sopan mendeskripsikan
diriku pada beberapa pertanyaan. Jadilah sekarang aku berada pada banyak orang.
Jika pada suatu kesempatan kau juga mengikuti tesnya dan memilih sebagian
kolomku, itu artinya aku juga berada dalam dirimu.
Baru-baru ini aku juga dihubung-hubungkan dengan
kuis old soul. Kuis yang menilai seberapa tua jiwamu (heh?). oke, aku juga
tidak percaya pada pen’kotak’an dari beberapa pertanyaan semacam itu. Tapi jika
boleh ku jelaskan diriku dari beberapa pertanyaannya, maka dalam kata-kata, kau
akan menemukan diriku dalam kalimat ‘kurangnya gairah’, ‘tidak suka pada
kebisingan’. Jika sebagian orang mengatakan dirinya “young inside”, aku akan
mengatakan ‘my soul is old’.
Sebenarnya apa diriku? Apakah aku hanya sebuah
pertanyaan-pertanyaan? Ntahlah, yang jelas aku bukan hantu, lebih halus dari
itu. Aku akan dengan mudah bisa kau temukan di beberapa orang sekaligus. Apakah
ini sudah terdengar membingungkan. Oke, agar tidak terlalu abstrak, mari ku
jelaskan diriku hanya dari tubuh seseorang. Jadi izinkan aku meminjam tubuh
anak muda yang sedang termangu menatap keluar dari balik jendela kamarnya ini.
Demi kerahasian sebuah saksi, aku takkan
memperkenalkan dirinya secara formal. Tapi begini saja, seperti tipikal orang
bertipe introvert(aku); dia orang yang kelihatan tanpa ekspresi, cuek,
dan mempunyai tatapan yang dingin.
Dengan perlahan aku menyadarkan diri di dalam dirinya,
sebenarnya ini penjelasan yang kurang tepat, bagaimana kalau kita ambil istilahnya
orang sinis saja, bahwa hadirnya diriku dalam dirinya adalah sebuah manipulasi
otak dengan melibatkan sugesti secara terus-menerus. Yang tak diragukan lagi, sugestinya
adalah pertanyaan-pertanyaan itu. Sebentar! kita tinggalkan itu, dan beralih
pada sensasi yang mulai kurasakan dari tubuh anak muda ini. Ingatannya menyerbu
seketika. Tapi sudahlah, Aku takkan membuatmu bosan dengan rincian-rincian
ingatannya.
Singkatnya, nikmat rasanya bisa menggunakan tubuh
seseorang secara sadar. Tenang, aku juga tau tentang peraturan, yang akan ku ceritakan
hanya beberapa hal, jadi kau tak perlu menggigit jari menantinya, ini bukan
seperti dorama korea yang penuh intrik itu, menontonnya saja sudah sangat
melelahkan.
Musim; Katanya selalu ada kecendrungan berbeda pada
setiap musim yang kita alami, mungkin
karena Sekarang musim hujan, yang langitnya bisa saja seharian menjadi kelabu, hujan,
ada juga semilir angin laut yang menyentuh kulit, terasa dingin dan basah
sekaligus. Apakah kau juga merasakannya? iya, ingin sekali rasanya menatap
lekat-lekat seseorang, sekedar bermalas-malasan melihat desktop computer. Tapi
tidak dengan pilihan berteriak-teriak di pantai, atau berlari ke hutan. Bagiku
menikmati rintik-rintik hujan dengan sendu sudah sangat cukup-Ku harap kalian
tidak muntah-muntah saat membacanya.
Jika kau orang yang sangat peka atau ntahlah, mampu
membaca pikiran seseorang mungkin, maka sedetik kemudian kau akan dengan
lantang berteriak ”Aha! Kau benar-benar tidak ekspresif!”. Ya, mungkin. Dalam
padanan bahasanya kau akan menemukan kata ‘internal’, ‘menahan diri’, lalu
dengan mudah kau akan menghubung-hubungkannya dengan keadaanku, yang kadang
dengan tiba-tiba berada sendirian di sudut ruangan, bukan secara harfiah tapi
secara substansi, biasanya orang alay lebih suka menggunakan istilah “aku
terasing di tengah keramaian”, terserahlah. Pada momen yang sangat sering
terjadinya ini, layaknya seorang penonton, lingkungan disekitarku berubah
menjadi layar-layar digital seperti saat sedang menonton televisi. informasi
datang dalam bermacam bentuk, misal pada suatu waktu ketika ada pasangan
bertengkar, yang akan muncul di pikiran-ku adalah “drama yang lumayan bagus,
tampak nyata, apakah mereka sedang syuting sinetron?”, dan pada waktu lain, akan
muncul “teruslah seperti itu. Itulah gunanya peraturan, menumpuk rasa
bersalahmu karena melanggarnya. bertengkarlah terus”. Jika ada kesempatan untuk
mengatakan sesuatu, aku akan sangat senang mengatakan ini ”apakah kalian sedang
syuting sinetron? Kalau ga, diamlah. Karena yang lain tidak mendapatkan bayaran
dari menjadi figuran di drama kalian”.
Kadang sekali, sangat jarang, aku menyadari
keadaanku ini sebuah masalah, dan menjadi semakin tidak jelas ketika yang lain
melihat-ku, kesannya adalah eksklusiv. Mematung sendirian di sudut ruangan
sambil membentur-benturkan diri ke tembok bagi mereka sepertinya kelihatan Elit.
serius, berhentilah mengajakku bercanda. juga dengan sangat sadar aku tahu
bahwa suara kecil yang coba kalian sembunyikan itu, mengartikan bahwa diamku
adalah sebuah bentuk keangkuhan.
“waktu adalah
pengetahuan(?), kekuatan datang dari pengetahuan”. Maka bolehkah jika aku
mengajukan pembelaan?. dalam buku language
and communication yang tidak lama ini telah ku baca. Komunikasi dan
konversasi berada pada tingkatan berbeda. Komunikasi adalah proses penerimaan
informasi oleh mahluk hidup. Pada basic level, komunikasi membutuhkan pengirim
dan penerima, dan tidak terkhusus hanya manusia dengan manusia lainnya, dengan
buku misalkan. Komunikasi ini adalah hal yang penting. sedangkan konversasi(basa-basi)
adalah bentuk percakapan sosial yang informal antara satu dengan yang lainnya
menggunakan verbal, digunakan untuk menguatkan atau mengubah hirarki sosial
seseorang di dalam masyarakat. Pentingkah konversasi ini? Relatif penting,
konversasi adalah salah satu ‘perekat’ paling kuat dalam masyarakat kita, tapi
menjadi relatif tidak penting karena kebanyakan konten yang diperbincangkan
berisi hal-hal negatif. Jadi percayalah, Aku lebih suka menggalau sendirian di
dalam kamar, atau menghabiskan berjam-jam waktuku membaca koleksi bukuku
ketimbang membuat mulutku berbusa-busa di dalam obrolan (atau tanganku sampai
gemetaran karena telalu cepat dan intens mengetik), dan aku yakin, kau pasti
tidak ingin melihatnya. Sial, aku sedang tidak menyombongkan diri, kalau kau
iri, diamlah, tutup mulutmu itu. Duduk di atas meja, lalu perlahan pejamkan matamu.
Tidur di atas meja belajar itu memberikan sensasi yang berbeda. Kau belajar
lalu tertidur, bukankah itu terdengar keren.
Jadi, bukankah sekarang sudah jelas. Ini hanyalah
masalah seberapa derajat kau ingin membaur dengan orang lain, kalau interaksi sosial
sangat penting bagimu. Maka biarkanlah aku melakukan kepentinganku sendiri. Tentu
saja kadang muncul keinginan untuk melakukan obrolan yang lancar dengan orang
lain, tapi kebutuhan itu sangat sedikit, dan kadang belum sempat terjadipun, keinginan
itu telah menguap dengan cepat dan meninggalkanku sendirian dengan kasurku yang
empuk.
Aku juga tidak memepersalahkan ketika orang lain
berpikiran masih “Ada jarak” ketika aku sudah bersusah-payah melakukan
interaksi, atau “kau berubah” pada waktu lain ketika dengan sadar ku putuskan keluar
dari obrolan. Bukan berarti aku antisosial, hanya saja kebutuhanku untuk waktu
privasi memang lebih banyak dari yang bisa kalian bayangkan. Jangan tanyakan
apa yang aku lakukan di waktu privasiku. Karena aku tidak ingin membuat mata
kalian berbinar-binar ketika mengetahuinya, lalu menjadi penggemar fanatikku.
Popularitas itu adalah hal yang melelahkan.
Yang ingin ku ingin jelaskan hanyalah beberapa hal, sebenarnya
tidak masalah bagiku untuk menceritakan beberapa pengalamanku apa adanya. Tapi
sepertinya orang-orang cendrung lebih menyukai sesuatu yang dibuat-buat. Maka
mungkin aku telah menipu kalian dengan skenariao tersebut. Siapa yang tau?!
Kompleksitasku bukan sesuatu yang bisa diuraikan dalam sebatas pertanyaan-pertanyaan,
dan karena sekarang aku sudah puas, pertimbangan yang logis jika ini ku akhiri
sekarang.
note: tulisan di atas hanyalah fantasiku tentang sebuah karakter dalam tokoh fiktif
No comments:
Post a Comment