Monday, July 20, 2015

Intovert, tentang hobi

Monday, July 20, 2015
Aku disebut introvert. Awal mulanya ketika pak Carl Jung ahli psikologi itu menemukanku, lalu dengan tidak sopan mendeskripsikan diriku pada beberapa pertanyaan. Jadilah sekarang aku berada pada banyak orang. Jika pada suatu kesempatan kau juga mengikuti tesnya dan memilih sebagian kolomku, itu artinya aku juga berada dalam dirimu.

Baru-baru ini aku juga dihubung-hubungkan dengan kuis old soul. Kuis yang menilai seberapa tua jiwamu (heh?). oke, aku juga tidak percaya pada pen’kotak’an dari beberapa pertanyaan semacam itu. Tapi jika boleh ku jelaskan diriku dari beberapa pertanyaannya, maka dalam kata-kata, kau akan menemukan diriku dalam kalimat ‘kurangnya gairah’, ‘tidak suka pada kebisingan’. Jika sebagian orang mengatakan dirinya “young inside”, aku akan mengatakan ‘my soul is old’.

Sebenarnya apa diriku? Apakah aku hanya sebuah pertanyaan-pertanyaan? Ntahlah, yang jelas aku bukan hantu, lebih halus dari itu. Aku akan dengan mudah bisa kau temukan di beberapa orang sekaligus. Apakah ini sudah terdengar membingungkan. Oke, agar tidak terlalu abstrak, mari ku jelaskan diriku hanya dari tubuh seseorang. Jadi izinkan aku meminjam tubuh anak muda yang sedang termangu menatap keluar dari balik jendela kamarnya ini.

Demi kerahasian sebuah saksi, aku takkan memperkenalkan dirinya secara formal. Tapi begini saja, seperti tipikal orang bertipe introvert(aku); dia orang yang kelihatan tanpa ekspresi, cuek, dan mempunyai tatapan yang dingin.

Dengan perlahan aku menyadarkan diri di dalam dirinya, sebenarnya ini penjelasan yang kurang tepat, bagaimana kalau kita ambil istilahnya orang sinis saja, bahwa hadirnya diriku dalam dirinya adalah sebuah manipulasi otak dengan melibatkan sugesti secara terus-menerus. Yang tak diragukan lagi, sugestinya adalah pertanyaan-pertanyaan itu. Sebentar! kita tinggalkan itu, dan beralih pada sensasi yang mulai kurasakan dari tubuh anak muda ini. Ingatannya menyerbu seketika. Tapi sudahlah, Aku takkan membuatmu bosan dengan rincian-rincian ingatannya.

Singkatnya, nikmat rasanya bisa menggunakan tubuh seseorang secara sadar. Tenang, aku juga tau tentang peraturan, yang akan ku ceritakan hanya beberapa hal, jadi kau tak perlu menggigit jari menantinya, ini bukan seperti dorama korea yang penuh intrik itu, menontonnya saja sudah sangat melelahkan.

Musim; Katanya selalu ada kecendrungan berbeda pada setiap musim yang kita alami,  mungkin karena Sekarang musim hujan, yang langitnya bisa saja seharian menjadi kelabu, hujan, ada juga semilir angin laut yang menyentuh kulit, terasa dingin dan basah sekaligus. Apakah kau juga merasakannya? iya, ingin sekali rasanya menatap lekat-lekat seseorang, sekedar bermalas-malasan melihat desktop computer. Tapi tidak dengan pilihan berteriak-teriak di pantai, atau berlari ke hutan. Bagiku menikmati rintik-rintik hujan dengan sendu sudah sangat cukup-Ku harap kalian tidak muntah-muntah saat membacanya.

Jika kau orang yang sangat peka atau ntahlah, mampu membaca pikiran seseorang mungkin, maka sedetik kemudian kau akan dengan lantang berteriak ”Aha! Kau benar-benar tidak ekspresif!”. Ya, mungkin. Dalam padanan bahasanya kau akan menemukan kata ‘internal’, ‘menahan diri’, lalu dengan mudah kau akan menghubung-hubungkannya dengan keadaanku, yang kadang dengan tiba-tiba berada sendirian di sudut ruangan, bukan secara harfiah tapi secara substansi, biasanya orang alay lebih suka menggunakan istilah “aku terasing di tengah keramaian”, terserahlah. Pada momen yang sangat sering terjadinya ini, layaknya seorang penonton, lingkungan disekitarku berubah menjadi layar-layar digital seperti saat sedang menonton televisi. informasi datang dalam bermacam bentuk, misal pada suatu waktu ketika ada pasangan bertengkar, yang akan muncul di pikiran-ku adalah “drama yang lumayan bagus, tampak nyata, apakah mereka sedang syuting sinetron?”, dan pada waktu lain, akan muncul “teruslah seperti itu. Itulah gunanya peraturan, menumpuk rasa bersalahmu karena melanggarnya. bertengkarlah terus”. Jika ada kesempatan untuk mengatakan sesuatu, aku akan sangat senang mengatakan ini ”apakah kalian sedang syuting sinetron? Kalau ga, diamlah. Karena yang lain tidak mendapatkan bayaran dari menjadi figuran di drama kalian”.

Kadang sekali, sangat jarang, aku menyadari keadaanku ini sebuah masalah, dan menjadi semakin tidak jelas ketika yang lain melihat-ku, kesannya adalah eksklusiv. Mematung sendirian di sudut ruangan sambil membentur-benturkan diri ke tembok bagi mereka sepertinya kelihatan Elit. serius, berhentilah mengajakku bercanda. juga dengan sangat sadar aku tahu bahwa suara kecil yang coba kalian sembunyikan itu, mengartikan bahwa diamku adalah sebuah bentuk keangkuhan.

“waktu adalah pengetahuan(?), kekuatan datang dari pengetahuan”. Maka bolehkah jika aku mengajukan pembelaan?. dalam buku language and communication yang tidak lama ini telah ku baca. Komunikasi dan konversasi berada pada tingkatan berbeda. Komunikasi adalah proses penerimaan informasi oleh mahluk hidup. Pada basic level, komunikasi membutuhkan pengirim dan penerima, dan tidak terkhusus hanya manusia dengan manusia lainnya, dengan buku misalkan. Komunikasi ini adalah hal yang penting. sedangkan konversasi(basa-basi) adalah bentuk percakapan sosial yang informal antara satu dengan yang lainnya menggunakan verbal, digunakan untuk menguatkan atau mengubah hirarki sosial seseorang di dalam masyarakat. Pentingkah konversasi ini? Relatif penting, konversasi adalah salah satu ‘perekat’ paling kuat dalam masyarakat kita, tapi menjadi relatif tidak penting karena kebanyakan konten yang diperbincangkan berisi hal-hal negatif. Jadi percayalah, Aku lebih suka menggalau sendirian di dalam kamar, atau menghabiskan berjam-jam waktuku membaca koleksi bukuku ketimbang membuat mulutku berbusa-busa di dalam obrolan (atau tanganku sampai gemetaran karena telalu cepat dan intens mengetik), dan aku yakin, kau pasti tidak ingin melihatnya. Sial, aku sedang tidak menyombongkan diri, kalau kau iri, diamlah, tutup mulutmu itu. Duduk di atas meja, lalu perlahan pejamkan matamu. Tidur di atas meja belajar itu memberikan sensasi yang berbeda. Kau belajar lalu tertidur, bukankah itu terdengar keren.

Jadi, bukankah sekarang sudah jelas. Ini hanyalah masalah seberapa derajat kau ingin membaur dengan orang lain, kalau interaksi sosial sangat penting bagimu. Maka biarkanlah aku melakukan kepentinganku sendiri. Tentu saja kadang muncul keinginan untuk melakukan obrolan yang lancar dengan orang lain, tapi kebutuhan itu sangat sedikit, dan kadang belum sempat terjadipun, keinginan itu telah menguap dengan cepat dan meninggalkanku sendirian dengan kasurku yang empuk.

Aku juga tidak memepersalahkan ketika orang lain berpikiran masih “Ada jarak” ketika aku sudah bersusah-payah melakukan interaksi, atau “kau berubah” pada waktu lain ketika dengan sadar ku putuskan keluar dari obrolan. Bukan berarti aku antisosial, hanya saja kebutuhanku untuk waktu privasi memang lebih banyak dari yang bisa kalian bayangkan. Jangan tanyakan apa yang aku lakukan di waktu privasiku. Karena aku tidak ingin membuat mata kalian berbinar-binar ketika mengetahuinya, lalu menjadi penggemar fanatikku. Popularitas itu adalah hal yang melelahkan.

Yang ingin ku ingin jelaskan hanyalah beberapa hal, sebenarnya tidak masalah bagiku untuk menceritakan beberapa pengalamanku apa adanya. Tapi sepertinya orang-orang cendrung lebih menyukai sesuatu yang dibuat-buat. Maka mungkin aku telah menipu kalian dengan skenariao tersebut. Siapa yang tau?! Kompleksitasku bukan sesuatu yang bisa diuraikan dalam sebatas pertanyaan-pertanyaan, dan karena sekarang aku sudah puas, pertimbangan yang logis jika ini ku akhiri sekarang.

note: tulisan di atas hanyalah fantasiku tentang sebuah karakter dalam tokoh fiktif

No comments:

Dimensi Tak Hingga © 2014