Thursday, July 26, 2012

Kerinduan di Kanvas Malam

Thursday, July 26, 2012

Malam itu bulan Romadhon, tepatnya tanggal 21 juli pukul 20.—WIB *tak tau tepatnya. Aku berada di kamar sehabis sholat tarawih-ada pekerjaan yang masih harus ku selesaikan. Tapi listrik tiba-tiba mati. Pupil mataku butuh beberapa detik untuk menyesuaikan, tapi tengkuk dan bagian belakang kepalaku sudah sakit duluan, lalu mataku bekunang-kunang. Prolog. Haha.

Mati listrik, sebenarnya sudah jarang terjadi di kampungku tahun-tahun belakangan ini, apalagi sekarang bukan musim hujan. Dulu waktu aku kecil, pernah mati listrik hampir satu bulan, hampir di satu kabupaten malah. kebayang ga’ itu*aku sampai ga’ nonton serial kera sakti. Hiburan yang benar-benar ku tunggu waktu itu*. tapi karena memang disini kabupaten yang belum begitu maju seperti di kota-kota besar-apalagi kota industri-, listrik di kabupaten, terlebih di kampungku tak begitu dibutuhkan. Mungkin itu juga alasan kenapa perbaikan untuk listriknya sampai memakan waktu hampir sebulan.  Tapi kalau mau di korek lebih jauh lagi... Ga’ tau juga. Hmm.

Di kamar sangat gelap. Hayalanku sudah berkeliar bebas. Menghayal kuntilanak  jatuh bebas atau keluar dari bawah ranjangku, pocong masuk dari pintu kamar sambil melompat-lompat, tuyul berlarian liar. Jadi, dengan semua analisa dan pilihan yang memungkinkan *haha, ku putuskan untuk di luar kamar saja, yang sedikit lebih terang. Kamarku langsung menghadap halaman. halaman yang lumayan luas, seperti halaman perumahan di perkampungan pelosok umumnya. *pelosok, panggilan teman-teman yang pernah bermain ke rumahku, tapi aku lebih suka menyebutnya Alami. haha*.

Aku duduk di teras depan kamar. Merasakan udara malam yang benar-benar segar. Lembut, bersih dan sejuk. Halus, benar-benar berbeda dengan udara di surabaya. Dan Keadaan begitu gelap. meskipun saat listrik hidup, bisa dikatakan gelap juga bila dibandingkan dengan perkotaan. kalau disini Jam tujuh ke atas seperti sudah tak ada kehidupan. Tapi sekarang lebih gelap lagi *jelaslah, mati lampu soalnya. Seperti benar-benar tak ada kehidupan, kecuali yang ada hanya alam *assek. Dan tak seperti  di surabaya juga, disini tak ada kebisingan yang mengganggu, kecuali kalau misalkan ga’ mati lampu, dari speaker masjid dan musolla-musolla akan terdengar sahut-sahutan orang tadarrusan-biasanya kami para pemuda desa juga ikut meraikan, meskipun ntar cuman ngobrol ngalar ngidul atau malah main kartu-. tapi sekarang semua aktivitas suara manusia seakan tertelan, tergantikan oleh bunyi layang-layang ke’-lake’an* di atas langit, deru angin saat bergesekan dengan dedaunan, jangkrik dan kawan-kawannya yang tambah keras berdendang setelah mati lampu-benarbenar berisik, tapi menenangkan.

Hmm. Dan langit waktu itu sunggguh elegan. Perpaduan antara hitam sebagai warna layar, sabuk asteroid dan taburan bintang yang berpijar sebagai latar. Semuanya beku membisu, terpaku dalam diam, diam yang memukau. Anggun. Paradoks alam terhadap kehidupan yang selalu bergerak. Di iringi orkestra hewan malam, sambil rebahan-kepalaku tambah sakit kalau harus mendongak terus-, semakin kunikmati kanvas malam waktu itu. eh, sedikit tak percaya dan kaget juga-Seperti anak kecil yang pertama kali melihat sesuatu-, ada bintang jatuh melintas tepat di depan arah pandangku, dengan bodoh, buru-buru aku berdoa*keyakinan yang dipaksakan dan keputusasaan yang halus. Tak lama kemudian, dia pun ikut tesenyum bersama bintang-bintang.

Karena semua keadaannya mendukung dan dengan sedikit bingung, ahirnya aku melamun. aku sepertinya lebih suka gelap-malam- ketimbang hingar bingar cahaya lampu-perkotaan-.  Ada ketenangan, kesunyian, kebebasan dan penyatuan yang dihadirkan gelap. memang dengan sedikit takut, karena jarak jangkau penglihatan sangat terbatas saat gelap, ini jugalah keuntungan ada cahaya, ada rasa aman yang ditimbulkan karena kita bisa dengan sangat jelas melihat sekitar. Memang, cahaya lampu punya pesonanya sendiri. Refleksi dari emosi yang bersinar, seolah-olah menghentak dan terikat, menyedot ke arahnya. spektrum warna itu memang selalu mampu memukau otak primitif kita. Tapi tetap aku lebih suka gelap yang dihadirkan malam. Lengkap dengan deru angin, kanvas dan orkestranya.

Untuk orkestra yang satu itu, ada kelucuan, kegelian yang tak terkatakan saat aku mendengar jangkrik dan kawan-kawannya berdendang, sudah kubilangkan waktu mati lampu mereka malah tambah nyaring. Seperti ada kerinduan dan penantian dalam nyanyiannya, dan semuanya terbayar ketika mati lampu. Aku mengartikan prolog dalam bhs. indonesianya begini;

Jangkrik : “sialan, sialan, sialan! Ahirnya, lampu bang*at mati juga. ayo kawan-kawan! kita menghentak sampai mati malam ini. Sudah lama aku tak sebergairah ini. SIALAAAAAN! KRIIK!! KRIIIK!KRIIIIIIIK!”

Kemudian diikuti oleh hewan*serangga yang lain. Semakin lama ritmenya makin cepat, makin nyaring dan makin menggelikan. Setelah sekian lama, tiba-tiba semuanya berhenti. Listrik kembali mengalir, Lampu telah menyala, aku pun beranjak memasuki kamar.






Pantai Balekambang


Ini sebenarnya kejadian yang sudah berbulan lalu, tapi sepertinya aku perlu menuliskannya. tentu saja sebagai dokumentasi-mungkin nanti aku ingin mengenangnya lagi- dan juga untuk ngebeki blog-ku.

Waktu  itu malam senin. Tepatnya tanggal 10 juni 2012, jam 23.--. Aku sudah siap dengan ransel di punggung yang berisi semua kebutuhanku. Jarkomnya : ngumpul di depan sakinah-toserba- jam 23.00. sebagai PJ jalan-jalan yang ‘bertanggung jawab’, aku berusaha tiba di sana tepat waktu. Tapi ternyata masih meleset beberapa menit. Ok. Tak ada yang protes, karena aku yang pertama kali sampai disana. Beberapa menit pun telah lewat, kemudian berpuluh menit, dan memang sudah perkiraan, yang membuatku menyalakan rokok terus-terusan-sampai aku ‘kehilangan kendali’ saat menelpon sang Hoax yang datangnya paling belakangan-, kami baru berangkat lebih dari 2 jam dari persetujuan ngumpul.

Setelah semuanya lengkap, dengan do’a khusuk seadanya dan kami semua menyamankan diri di tempat duduk masing-masing. Kami pun mulai mengikuti rute ke pantai Bale kambang. Inilah jalan-jalan bersama yang ke-3 D’09(sebutan untuk PBSB ITS ‘09), dengan jumlah orang yang ikut cuman 24 orang-hampir 1/3 dari jumlah sebenarnya, 70 orang-. But, it’s ok. Yang penting berjalan lancar dan tidak begitu memberatkan finansialku. Tapi kalau boleh jujur, tentu saja aku ingin yang lain juga ikut, bukan karena aku sangat senang jika semuanya ngumpul, tapi yang ku pikirkan hanya pada letak tanggung jawabku sebagai PJ-assek- dan itu akan membuktikan pesonaku, jika semuanya ikut berarti aku sangat berhasil dalam ‘menghasut’ teman-teman yang lain dan juga menyangkut perencanaan anggaranya. jika semuanya ikut, maka untuk iurannya akan jauh lebih murah. Yah, ahirnya di dalam bus aku hanya bisa menenangkan diri-pembenaran diri yang halus- dengan memahami bahwa teman-teman yang tak bisa ikut sudah punya agenda yang lebih penting dan memang sepert itulah kondisi sosial pada umumnya.

Perjalanan dari surabaya-balekambangnya lancar, bisa dibilang begitu. Sebenarnya di awal-awal sempat kawatir karena memperkirakan sampai di pantainya sudah agak siang, tapi karena bapak supir dengan sangat ‘mampu’ mengemudikan Busnya, kekawatiranku banting setir pada keselamatan terhadap hidupku. Kekawatiran ini datang tiba-tiba setelah bangun tidur, tepatnya ketika sudah mendekati Pantai. Rutenya, tepat sebelum sampai di Bale Kambang memang menyenangkan, berkelak-kelok, tanpa penerangan di sepanjang pinggir jalan, aspalnya sudah aus disana-sini dan bersebelahan langsung dengan jurang. Aku hanya bisa melihat kedepan dengan tatapan kosong. ah, yang ku kawatirkan sebenarnya cuman pada kekerenanku. Aku masih belum menggunakannya dengan maksimal.

Temen-temen cow’ yang lain masih tidur, yang cew’ aku kurang tau karena berada di deretan kursi depan. leherku sudah lumayan sakit jika dilanjutkan untuk tidur lagi. Jadi Ku putar mp3 sambil tetap mengamati ke depan. Bus melaju lumayan kencang pada jalan lurus. Kondisi masih aman, tapi tiba-tiba Bus terbang, melayang di udara, kemudian setelah beberapa detik membentur aspal lagi dengan keras-jalannya turun satu tingkat-. Posisi Bus agak oleng ke kanan-aku hanya bisa duduk terpaku di kursi, dengan adrenalin yang terpacu lepas-, bus masih belum stabil dan sudah melewati batas aspal. tiba-tiba... semuanya aman terkendali, bapak supir mampu mengendalikan Bus di saat-saat terahir. Tak ada kerusakan parah, kecuali kejadian itu membuat teman-teman bangun semua. Dengan beberapa ada yang sakit perut, bangun tidur dengan jatuh dari tempat duduknya, salah seorang temanku-maha guru- sampai terbang ke depan karena duduk di deretan kursi paling belakang, dengan sedikit pucat-untung saja rambutnya sudah dipotong, aku tak ingin perjalanan yang ’agak’ tenang ini berubah jadi laga-indosiar karena amarah jurus baling-baling rambutnya-. ada juga yang cerita kemudian, dikira Busnya sudah mengalami kecelakan, soalnya dia melihat seberkas cahaya ketika baru bangun-itu karena efek dari benturan, menurutku-. banyak untungnya juga tidak tidur.

Kira-kira jam 05.00, kami sampai di pantai, jadi cuman 4 jam dari surabaya. Keuntungan berangkat malam, tanpa harus terjebak macet, kami mampu meminimalisir jam tempuh. Sebagian dari kami langsung turun dan menuju pantai. Keadaan masih gelap, tapi laut sudah terlihat lumayan jelas, dengan deburan ombaknya di kejahuan dan hembusan angin laut yang membawa aroma asin. ber wudhu’ menggunakan air laut, kami sholat di atas pasir-menggunakan alas-, sebagian ada yang mencari tempat lain.

/* Pantai Bale Kambang merupakan salah satu jejeran pantai selatan dan masih termasuk pada teritori kabupaten malang, kira-kira 65 Km ke selatan dari kota malang.  Kendaraan paling besar-menurutku- yang bisa digunakan adalah Bus mini, ini dikarenakan jalan setelah melewati ... jalan ‘pas’nya hanya segitu-akan berbahaya jika ada 2 kendaran besar berpapasan-, selain memang melalui perbukitan yang berkelak-kelok, sering bertepian dengan jurang dan kondisi aspal di beberapa tempat sudah rusak parah. Kondisi yang sangat perlu perhatian seerti di pantainya juga  Tapi terlepas dari itu, pantai bale kambang adalah salah satu pantai yang harus dikunjungi. Masih sangat alami, pantainya memanjang kira-kira 2 km dengan lebar 200 m. pasirnya putih dan bersih. Air lautnya juga bersih dan jernih, dengan sesekali ombak bergulung tinggi di kejahuan. Ada tiga pulau terpisah dari pantai yang terhubung oleh jembatan, tapi jembatan yang masih bisa dilalui hanya satu, yaitu yang menghubungkan ke pulau Iswono yang terdapat candi dengan ukiran digapuranya  merupakan patung yang ...-ok, saya tidak mau banyak berkomentar tentang masalah ini- dan candi itu masih digunakan-maaf, tidak punya perbendaharaan kata yang lebih sopan- untuk menaruh sesajin atau untuk acara kerohanian. Menurut orang-orang, pulau itu seperti replika tanah lot-nya Bali. Ntahlah, saya tidak tau tanah lot-nya Bali seperti apa. Untuk pulau lainnya berupa pulau biasa dan jembatan yang menghubungkannya sudah rusak-ini untuk pulau yang ke-2, pulau yang ke-3 saya tidak melihatnya- dan disitu jugalah letak pesonananya, ada banyak juga burung camar yang hinggap di atas jembatan. Menurut temen-temenku, mirip burung ... yang biasa dilihat di acara discovery channel. */

 Setelah lumayan terang. Kami jalan-jalan menyusuri pantai, berenang di laut, ada juga 2 orang yang sok iye lari-lari di pantai seperti adegan di film, menggoyang-goyangkan pinggul dengan sesekali mengibaskan rambutnya . Tentu saja, siapa lagi kalau bukan si obsesi artis dan teman ‘seksi’nya, kribo-obsesianak ayam, bisa dilihat dari perut seksinya-. anak suku tidak berpartisipasi kali ini-mungkin sedang memperbaiki senjata ‘tolop’-nya-, tapi ada juga yang masih tidur, menurut ummatnya yang paling setia, si semok-pria ‘seksi’ peminat politik yang lari-lari kecil saja sudah membuatnya galau-, sang nabi kelelahan karena baru turun mendapatlkan wahyu. kami disana kira-kira sampai jam 11.00. ada banyak agenda yang kami lakukan.

        baik itu yang tidak direncanakan ; main gubrak selodor,  teman-teman sepertinya mengalami sindrome kehilangan ingatan sementara, dengan lepas mereka berteriak, lompat-lompat, berlari kesurupan sambil berkelit agar tidak kena tangkap. Jika ada pialanya, kupikir si imut yang pantas mengangkat trophynya. Ada juga teman-teman yang minta dikuburkan di dalam pasir hanya untuk dianiyaya, malah si emosional sampai dijadikan sesajin dan korban rajam. Aku tentu saja tak ikutan, aku pria terhormat yang sudah dewasa, itu saja.

        Dan agenda yang direncanakan; main poker, yang satu ini jelas-jelas direncanakan. Inilah arena dimana para pemuja wanita melakukan aksinya, si pinky dan si centil. Lagi-lagi aku tak ikutan, tanpa taruhan itu bukanlah permainan pria dewasa. Selain itu, ada juga permainan “menirukan teman”. peraturannya begini ; kertas kecil diplintir dengan nama masing-masing teman angkatan. Tiap orang mendapatkan giliran untuk mengambil kertas itu. yang sedang mendapatkan giliran harus menirukan ciri khas dari nama(orang) yang tertulis di kertas yang sudah diambilnya secara acak, teman-teman yang lain berusaha menebak itu siapa. Permainan sederhana tapi seru. Apalagi saat kami bersama-sama bergoyang pinggul ketika menirukan ciri hasnya the king of jedding, selain julukan itu, sangat mungkin jika dia juga mendapat gelar si bokong pedas, hot men. Meskipun ada juga temen-si pendiam- yang masih malu-malu dan perlu diseret saat maju ke depan.

Ok, aku sendiri ‘the snow cold’-julukan yang beralasan, indah dan dingin seperti salju, itulah aku- ternyata melakukan agenda sendirian yang tidak direncakan. Itu sungguh agenda yang patut di puja, Aku terjun bebas dari atas jembatan, amazing spiderman. Aku tak tau tingginya berapa. Itu adalah waktu terlama aku berada di udara, malah saat berada di udara aku sempat berpikir “wah, kenapa aku masih belum sampai ke bawah juga”. Menarik. Menurut psikoanalisisnya Freud, aku pasti dianggap melakukan perbuatan itu karena kondisiku sudah tak lagi mampu menahan tekanan kekerenanku, kebutuhan orang lain terhadapku dan sederet stress yang diderita oleh para idola pada umumnya. hmm, masuk akal. kalau menurut Allan + Barbara Pease, itu terjadi karena memang susunan otak biologisku sebagai laki-laki. Ada kecendrungan untuk melakukan hal-hal mengagumkan semacam itu. hmm, hmm.

Menggunakan teori yang manapun tak masalah bagiku, meskipun saat jatuh aku seperti orang kebingungan karena rencana pendaratanku yang mulus gagal. Rencananya aku akan roll depan seperti master bela diri handal ketika mendarat, tapi aku tidak mampu mengendalikan dengan baik momentumku menyentuh pasir, sehingga sesaat setelah kakiku menyentuh pasir aku tejatuh kebelakang dengan pantat di bawah. Ini dikarenakan pasir memang bukan pijakan yang bagus, apalagi untuk jatuh bebas seperti itu. Alasan yang logis. Kalau saja itu tanah biasa, aku pasti sudah pecah berantakan seperti di film kartun.

yah, keselamatan yang patut disyukuri, tanpa kehilangan rasa banggaku  dan membuatku teringat waktu kecil, dulu, aku pernah melakukan hal yang sama dengan bergelantugan di atas pohon, mirip tarzan, berayun-ayun kemudian meloncat ke bawah. Mengakibatkanku cedera dua kali, yang pertama, sikut kiriku geser- terjadi saat masih belum sekolah- dan yang ke-2, tangan kananku patah, di pertengahan pada tulang asta dan kering, kejadian yang ke-2 itu membuatku takjub. Sambil menahan perih, aku membalikkan tanganku berkali-kali. Eureka! Tanganku yang mulai dari tempatnya patah sampai telapak tanganku tidak ikut berbalik, penemuan yang sungguh menakjubkan. Itu terjadi ketika aku kelas 2 madrasah.
Bersambung...

Nb ; sepertinya sudah jelas jika yang mendomisi isi cerita dan nama julukannya adalah temen-temen cow’(tentu saja yang mendominasi adalah diriku). Memang disengaja, tapi ini tak ada hubungannya dengan genderis. Hanya saja mengantisipasi ‘penyalah artian’ jika aku membuat isi cerita ataupun lelucon tentang yang cew’, Karena penyalah artian semacam itu telah sering terjadi, dikarenakan kecendrungan menangkap dan cara berpikir masing-masing gender memang berbeda. Jadi, Jika ada dari kalian yang membuat cerita yang berbeda, apalagi dari yang cew’, aku akan meluangkan sedikit waktuku yang sibuk ini.


Sunday, July 15, 2012

Perjalanan Malam

Sunday, July 15, 2012
            Ahir-ahir ini sulit bener  tidur awal. Kalau mau sedikit di analisa, mungkin karena siangnya aku sudah ngambil jatah tidur, bisa dibilang pola tidurku sekarang memang sudah tak teratur. Masih mending dulu waktu awal-awal kuliah, siangnya dapet jatah tidur- di dalam kelas-, malamnya masih bisa tidur awal. Mantap. Dan Juga, karena pola dan asupan makanku kurang sehat, hmm. semuanya berimbas pada reaksi kimia di dalam tubuhku.  Proses penyampaian pesan dari otak ke seluruh tubuhku-ataupun sebaliknya- jadi kacau balau, harusnya malam adalah waktu untuk istirahat, tubuh dan otakku malah dapet pesan kalau aku harus melakukan seluruh aktivitas di malam hari. maka dengan senang hati-karena terpaksa-, aku sebagai pribadi yang tidak suka men-judge, ku terima saja permintaan untuk terjaga. Jadi, kalau suatu waktu nanti tatapan mataku tambah sendu dan makin mempesona. Maaf, Aku benar-benar tak bermaksud begitu.

It’s ok. Meskipun malam, Ini adalah waktu. Setidaknya aku harus melakukan suatu yang berguna-ketimbang dihabiskan hanya untuk menghayal-. Sudahlah, sekalian aja tidak tidur, ku buat secangkir kopi. Posisi sudah nyaman, selanjutnya  ku buka file di folder TA. oh kawan, folder ini aku benar-benar tak mengaharapkannya ada di liburan seperti ini. Isinya di dalam bermacam-macam, mulai dari fluida-boger fluid, newtonian fluid-, pewarnaan graph-yang ada materi untuk mengerjakan sudoku, cara lain jika nanti aku mengisi sudoku, tak harus menganalisa yang menghabiskan bermenit-menit-, kendali optimal-sangat menarik, aku bisa menjadi sniper handal jika bisa menerapkannya dengan baik- dan yang ini adalah menjadi consern ku untuk pengerjaan TA-masih bimbang sebenarnya-; algoritma genetika, Ku baca filenya.

Tapi di lembar-lembar awal aku sudah sedikit putus asa. Algoritmanya di dasari dari teori darwin tentang seleksi alam, Individu yang dianggap bagus-lah yang mampu bertahan. Aku tak perlu menjelaskan semua teori-stepstep algoritma genetikanya seperti apa, karena yang menjadi pembahasanku hanya di kata fitness ; nilai yang menentukan bagus atau tidaknya suatu individu. Proses seleksi dimulai dari sini, probalitas dari sebuah individu untuk bisa bertahan dan menghasilkan keterununan(crossover) di tentukan dari fitnees, nilai objektif(bukan subjektif) dirinya terhadap nilai objektif individu lainnya. Jadi kita bisa katakan bahwa individu terjebak dalam suatu sistem.

Contoh kasus. Dalam sistem perkuliahan ; individu yang tak bisa menangkap pelajaran, pemalas, tidak mengerjakan tugas, dll-yang berhubungan dengan perkuliahan-,  fitnessnya tidak baik dalam perkuliahan-meskipun mungkin punya kemampun yang bagus di luar itu-, jadi punya probalitas yang kecil untuk bisa tetap bertahan di perkuliahan. Makanya ku katakan individu itu terjebak dalam sistem, karena individu itu harus punya fitness yang baik untuk bertahan dalam sistem. Dan ini terjadi dalam seluruh jenjang kehidupan, organisasi, masyarakat, kantor dsbg.

Dengan ekstrem, Satu jalur dengan aliran filsafat strukturalisme. Individu hanyalah tuntutan dari sistem, tak ada “aku” dan “kebebasan” untuk memilih, yang ada hanyalah pemenuhan terhadap permintaan sistem. Individu hanyalah budak sistem.

Positifnya, pemikiran seperti itu sangat realistis. Kalau ingin bertahan-dan sukses- di sistem perkuliahan-misalnya- maka harus pinter, rajin, dll-fitnessnya bagus. Tapi tentu saja kita tak bisa membenarkan pemikiran seperti itu secara sepihak. Dengan memikirkan bahwa kita “ada” secara individu, lahir sebagai diri sendiri sudah membuktikan kita adalah individu yang berdiri sendiri. Meskipun kita hidup dalam sistem, kita punya kebebasan untuk menentukan pilihan-kita bisa memilih akan belajar apa tidak, mengerjakan tugas apa tidak, memilih antara mau nilai E apa A. Hahaha-. Jadi selain punya nilai objektif kita juga punya nilai subjektif(yang tidak terjerat oleh sistem).  Dan Jangan salah paham, Ini bukan pembelaan karena di perkuliahan aku kacau balau. Ckakakaka.

Sebuah pelajaran yang sangat berharga-terlebih untukku-. selain kita harus menghargai nilai subjektif di dalam diri kita, kita harus relisitis bahwa kita hidup selalu berada dalam sistem, selalu bersinggungan dengan orang lain. Mempersiapkan diri sendiri, menentukan apa yang harus dilakukan, tidak kekanak-kanakan, tidak hanya mementingkan diri sendiri, tidak bertindak semaunya, karena mau tak mau kita harus mengakuinya; Bahwa takdir kita bukan hanya milik sendiri, hidup kita juga terbagi-bagi untuk kehidupan seluruh semesta, untuk setiap kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan. hmm, hmm, hmm. Secara teori seperti itu, tapi ntah nanti di laksanakan apa tidak.

Kesadaran itu sulit sekali muncul, tapi dengan sangat mudah tenggelam. Maka biarkan seluruh tubuh merasakannya, meresap kesetiap pori, dan membius diri meskipun hanya sejenak, membiarkan sadar dan bawah alam sadar saling berbagi . Lagi-lagi, secara teori seperti itu.

Nb; dengan ini saya memberanikan diri bahwa malam hari adalah waktunya bangun dan siang hari untuk tidur.



Dimensi Tak Hingga © 2014