Kita
semua berkomunikasi dengan cara yang berbeda, tentu karena dasarnya kita memang
berbeda, :v. dan dari perbedaan(apapun itu) biasanya akan muncul sebuah
konflik(perbedaan), entah itu karena kesalah pahaman, atau karena kita tidak
punya toleransi terhadap cara berkomunikasi orang lain, atau alasan yang lain.
Oke misalkan, Seorang berdoa atau menulis amaliayahnya lewat sosmed, sebagian
orang akan menanggapi “doa koq lewat sosmed/pamer amal ibadah ta”, atau ada
anak baru pubertas mengunggah photonya yang sedang menangis dan menceritakan
sisi tragisnya karena diputus pacarnya di sosmed, sebagian akan menanggapi “dia
mengumbar kehidupan pribadinya di depan umum, anak muda jaman sekarang”. Itu
semua adalah bentuk komunikasi, apakah itu buruk atau tidak? Kenapa, apa yang
menjadi parameternya?
Sebelumnya
mungkin kita sebaiknya tau apa itu komunikasi, “komunikasi secara umum
diartikan sebagai proses dimana informasi diterima oleh individu/kelompok. Pada
level yang paling dasar, komunikasi melibatkan pengirim dan penerima”. ketika ada penyampaian pesan, informasi,
sudah sangat pasti bahwa kemungkinan besar tidak semuanya akan
tersampaikan/diterima, karena dalam proses itu akan ada noise/interference. Entah itu secara fisik atau secara makna.
Secara fisik seperti ketika asik-asik gosip tiba-tiba ada bunyi knalpot motor.
secara makna, ketika berkomunikasi dengan orang lain akan ada proses
penyaringan di dalam pikiran kita, baik saringan itu dari sisi agama, budaya,
pendidikan, pengalaman ataupun yang lain, misalkan, pada sore yang cerah
ada dua seorang pemuda gagah nan ganteng
berjalan-jalan di taman, kemudian salah seorang tiba-tiba melihat bunga dan
berkata
“ah,
itu ada mawar putih”
Yang
seorang lagi akan memfilter dalam pikirannya hmm, alba: mawar putih. Hasil persilangan rosa arvensis dan rosa alba.
Merupakan salah satu mawar yang paling tua. Lalu dia berkata pada temannya.
“pilihanmu tidak buruk, tapi warnya yang putih tidak cocok dengan kepribadianku
yang gelap, aku lebih memilih mawar hitam”. Dia menjawab seperti ini karena dia
menduga bahwa temannya tertarik dengan mawar putih, tapi sebenanrnya apa yang
ingin disampaikan oleh temannya ketika bilang “ah, itu ada mawar putih” adalah
bahwa mawar itu telah membuka kenangan pahitnya dan sangat jenuh dengan semua
mawar putih. KENAPAAAA?
Gampangnya
ketika seorang mengatakan indah,
meskipun kita juga mengartikannya juga sebagai indah, tapi indahnya dia tidak sama dengan indahnya kita. Ya, sangat jelas, ketika kita berkomunikasi
dengan orang lain kita semua menggunakan filter
di dalam otak kita dan mencoba memahami apa maksudnya, tapi kita akan tetap
gagal paham, Meskipun mungkin kita menganggap memahami apa maksudnya, itu hanya
permukaanya saja, just on the surface.
jadi sebenarnya usaha untuk memahami seseorang secara sepenuhnya adalah
pekerjaan sia-sia, kecuali itu adalah orang yang sama persis, persis sama, tapi
itu tidak mungkin.
Pikiranku
secara sinis mungkin akan diartikan bahwa kebanyakan hubungan diantara manusia
itu juga palsu, karena didasarkan pada saling pengertian, sedangkan itu tidak
mungkin. Aku tak kan menyangkalnya, kalian pikir bahwa kalian mengerti satu
sama lain? saling pengertian yang kalian maksud itu hanyalah ilusi.
Mungkin
benar kita tidak mungkin sepenuhnya mengerti orang lain, tapi sebagian saja
mungkin masih bisa. Dan itu yang penting, usaha kita untuk mengerti orang lain,
mencoba menempatkan diri pada posisinya, empati. Lalu ber-toleransi dengan kesalahan komunikasi yang mungkin
terjadi, bukan hanya dengan pasangan atau keluarga kita, tapi dengan semua
orang, bagaimana lagi, karena kita semua berbeda-beda.
Dan
kembali pada kasus 1 di paragrap pertama, meskipun logis jika mengatakan apa
yang dilakukannya itu tidak efisien, karena jika dia ingin berkomunikasi dengan
Allah SWT, menggunakan sosmed relatif tidak perlu, tapi apa yang dia maksudkan/pikirkan
siapa yang tau, dan sepenuhnya bukan hak kita untuk menghakimi niatnya. Dan
kasus 2, meski mungkin sudah jelas bahwa apa yang dia lakukan adalah curhat,
kalau jaman batu dulu curhat dilakukan antara yang mereka yang sangat dekat
(atau dengan diary mungkin), tapi di
jaman serba teknologi sekarang, kita seringkali memilih ‘curhat’ dengan orang
yang kadang sama sekali asing, dengan kadar curhatan kita yang berbeda,
bukankah status kita di sosmed itu sudah sangat jelas, atau blog ini. Apakah itu
buruk? Entahlah, relatif. Yang pasti kita telah mengalami transformasi dalam
berkomunikasi. Mungkin kita akan membahasnya di lain kesempatan.
karena
kita tidak mungkin sepenuhnya mengerti satu sama lain, jadi kita mungkin bisa
berhenti memaksa
orang lain untuk mengerti kita, dan mulai menumbuhkan empati dan bertoleransi
terhadap orang lain. Dan karena ketika berkomunikasi akan selalu ada aliran dua
arah atau lebih (pemberi dan penerima pesan), maka mungkin sebaiknya kita lebih
berhati-hati ketika ingin menyampaikan atau memproses pesan yang diterima.
Note : pendapatku di
atas ini bukan karena aku orang yang sudah bisa menerapkannya, malah
sebaliknya, komunikasi dan semua prosesnya itu hanyalah butiran debu bagiku :3.
Jika sudah memutuskan berada ditengah komunitas, maka bersikaplah layaknya
bagian darinya.
No comments:
Post a Comment