Tuesday, June 23, 2015

Komunikasi: kau dan dia memang berbeda

Tuesday, June 23, 2015
Kita semua berkomunikasi dengan cara yang berbeda, tentu karena dasarnya kita memang berbeda, :v. dan dari perbedaan(apapun itu) biasanya akan muncul sebuah konflik(perbedaan), entah itu karena kesalah pahaman, atau karena kita tidak punya toleransi terhadap cara berkomunikasi orang lain, atau alasan yang lain. Oke misalkan, Seorang berdoa atau menulis amaliayahnya lewat sosmed, sebagian orang akan menanggapi “doa koq lewat sosmed/pamer amal ibadah ta”, atau ada anak baru pubertas mengunggah photonya yang sedang menangis dan menceritakan sisi tragisnya karena diputus pacarnya di sosmed, sebagian akan menanggapi “dia mengumbar kehidupan pribadinya di depan umum, anak muda jaman sekarang”. Itu semua adalah bentuk komunikasi, apakah itu buruk atau tidak? Kenapa, apa yang menjadi parameternya?

Sebelumnya mungkin kita sebaiknya tau apa itu komunikasi, “komunikasi secara umum diartikan sebagai proses dimana informasi diterima oleh individu/kelompok. Pada level yang paling dasar, komunikasi melibatkan pengirim dan penerima”.  ketika ada penyampaian pesan, informasi, sudah sangat pasti bahwa kemungkinan besar tidak semuanya akan tersampaikan/diterima, karena dalam proses itu akan ada noise/interference. Entah itu secara fisik atau secara makna. Secara fisik seperti ketika asik-asik gosip tiba-tiba ada bunyi knalpot motor. secara makna, ketika berkomunikasi dengan orang lain akan ada proses penyaringan di dalam pikiran kita, baik saringan itu dari sisi agama, budaya, pendidikan, pengalaman ataupun yang lain, misalkan, pada sore yang cerah ada  dua seorang pemuda gagah nan ganteng berjalan-jalan di taman, kemudian salah seorang tiba-tiba melihat bunga dan berkata

“ah, itu ada mawar putih”

Yang seorang lagi akan memfilter dalam pikirannya hmm, alba: mawar putih. Hasil persilangan rosa arvensis dan rosa alba. Merupakan salah satu mawar yang paling tua. Lalu dia berkata pada temannya. “pilihanmu tidak buruk, tapi warnya yang putih tidak cocok dengan kepribadianku yang gelap, aku lebih memilih mawar hitam”. Dia menjawab seperti ini karena dia menduga bahwa temannya tertarik dengan mawar putih, tapi sebenanrnya apa yang ingin disampaikan oleh temannya ketika bilang “ah, itu ada mawar putih” adalah bahwa mawar itu telah membuka kenangan pahitnya dan sangat jenuh dengan semua mawar putih. KENAPAAAA?

Gampangnya ketika seorang mengatakan indah, meskipun kita juga mengartikannya juga sebagai indah, tapi indahnya dia tidak sama dengan indahnya kita.  Ya, sangat jelas, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain kita semua menggunakan filter di dalam otak kita dan mencoba memahami apa maksudnya, tapi kita akan tetap gagal paham, Meskipun mungkin kita menganggap memahami apa maksudnya, itu hanya permukaanya saja, just on the surface. jadi sebenarnya usaha untuk memahami seseorang secara sepenuhnya adalah pekerjaan sia-sia, kecuali itu adalah orang yang sama persis, persis sama, tapi itu tidak mungkin.

Pikiranku secara sinis mungkin akan diartikan bahwa kebanyakan hubungan diantara manusia itu juga palsu, karena didasarkan pada saling pengertian, sedangkan itu tidak mungkin. Aku tak kan menyangkalnya, kalian pikir bahwa kalian mengerti satu sama lain? saling pengertian yang kalian maksud itu hanyalah ilusi.

Mungkin benar kita tidak mungkin sepenuhnya mengerti orang lain, tapi sebagian saja mungkin masih bisa. Dan itu yang penting, usaha kita untuk mengerti orang lain, mencoba menempatkan diri pada posisinya, empati. Lalu ber-toleransi dengan kesalahan komunikasi yang mungkin terjadi, bukan hanya dengan pasangan atau keluarga kita, tapi dengan semua orang, bagaimana lagi, karena kita semua berbeda-beda.

Dan kembali pada kasus 1 di paragrap pertama, meskipun logis jika mengatakan apa yang dilakukannya itu tidak efisien, karena jika dia ingin berkomunikasi dengan Allah SWT, menggunakan sosmed relatif tidak perlu, tapi apa yang dia maksudkan/pikirkan siapa yang tau, dan sepenuhnya bukan hak kita untuk menghakimi niatnya. Dan kasus 2, meski mungkin sudah jelas bahwa apa yang dia lakukan adalah curhat, kalau jaman batu dulu curhat dilakukan antara yang mereka yang sangat dekat (atau dengan diary mungkin), tapi di jaman serba teknologi sekarang, kita seringkali memilih ‘curhat’ dengan orang yang kadang sama sekali asing, dengan kadar curhatan kita yang berbeda, bukankah status kita di sosmed itu sudah sangat jelas, atau blog ini. Apakah itu buruk? Entahlah, relatif. Yang pasti kita telah mengalami transformasi dalam berkomunikasi. Mungkin kita akan membahasnya di lain kesempatan.

karena kita tidak mungkin sepenuhnya mengerti satu sama lain, jadi kita mungkin bisa berhenti memaksa orang lain untuk mengerti kita, dan mulai menumbuhkan empati dan bertoleransi terhadap orang lain. Dan karena ketika berkomunikasi akan selalu ada aliran dua arah atau lebih (pemberi dan penerima pesan), maka mungkin sebaiknya kita lebih berhati-hati ketika ingin menyampaikan atau memproses pesan yang diterima.


Note : pendapatku di atas ini bukan karena aku orang yang sudah bisa menerapkannya, malah sebaliknya, komunikasi dan semua prosesnya itu hanyalah butiran debu bagiku :3. Jika sudah memutuskan berada ditengah komunitas, maka bersikaplah layaknya bagian darinya.

No comments:

Dimensi Tak Hingga © 2014