Saturday, May 11, 2013

Malming Jomblo

Saturday, May 11, 2013

Bagi kalian yang lebih suka melakukan aksi mungkin akan sedikit melirik pada kebahagian kami, tentang obrolan sopan dan penuh teori tentang sebuah asmara. Tentu saja, tak ada aksi, hanya teori yang merambat kemana-mana, berlarian kesana-kemari seperti bocah kecil baru melihat tempat baru, mengawang-ngawang kemudian terpekur disudut ruag tergelap. Ya, beginilah yang mengaku punya kekasih yang berada jauh disana  atau jomblo menghabiskan waktu malmingnya. Merindu kekasih yang entah ada dimana, menatap layar desktop computer sudah mulai agak jenuh, mau membuat puisi bulan tak juga muncul, jadilah otak dan jiwa kami yang membutuhkan gerimis mengais-mengais pada teori yang kami nikmati bersama atau teman kami yang berada di kamar sebelah yang menhabiskan malmingnya dengan mengejar setoran untuk design logo TM.

Pada satu waktu, temanku akan berkata
“dicintai itu adalah suatu keharusan” kalau aku artikan, maka maknanya akan seperti ini, karena keharusan itu adalah sesuatu yang mengekang. Dicntai itu adalah sebuah penjara. “kalau kita mencintai, itu adalah sebuah kebebasan”. Kalau kau mendengarkan langsung dari anaknya, kau mungkin bingung sebenarnya apa maksudnya, tapi begitulah dia, dengan kosa kata bahasa indo yang seadanya mencoba untuk berfilosofi… :v

Lalu aku timpali;
“kalau dalam buku art of loving” aku berhenti sejenak “kau tau kenapa banyak anak muda rela menyerahkan kehormatannya, seeorang rela mekakukan apa saja demi kekasihnya dan semacamnya, itu semua karena mereka hanya ingin dicintai, manusia modern ini memang menderita, menderita untuk dicinta, sehingga melakukan apa saja agar orang lain memperhatikannya, mencintainya. Tapi kalau kita mencintai, itu kita hanya memberi, bukan berharap untuk mendapatkan balasan”

Dia menjawab ”seperti itulah maksudku, kau membahasakannya dengan baik”.. ckakakakak, kami tertawa bersama.

selanjutnya teori kami berputar-putar pada cara untuk mendapatkan wanita, mencoba mengerti sebuah sikap wanita, yang rumitnya melebihi labirin yang tak berujung, bagaimana cara mencintai wanita. ntah ampuh apa tidak bukan masalah kami. Dan untuk masalah yang satu ini aku lebih banyak diam, aku tau kemampuanku sendiri, hiks. Dialah yang banyak bicara, mengaku keturunannya arjuna, dari tampang sok seriusnya yang didramatisir itu seolah membuat sebuah pengumuman, inilah duniaku kawan. Kalau ada ember di dekat situ, aku pasti sudah muntah.

Ya seperti itulah, waktu sudah beranjak semakin larut, Tapi sebelum ku tutup percakapan ini, perlu diperhatikan, percakapan kami bukan pada suasana yang penuh semangat seperti saat hakim menjatuhkan hukuman bagi pencuri ayam, seperti para anggota di gedung “putih” yang sangat semangat membahas jala-jalan atau seperti para mahasiswa yang ‘turun ke jalan’. Permbincangan yang kami lakukan adalah pada kondisi yang sangat tenang, seperti layaknya seorang plegmatis dan melankolis melakukan obrolan, pada kondisi dia mengoceh sambil menyelesaikan game chess ol-nya dan pada tempat dudukku di sandaran pintu yang tatapan senduku(hueks) sesekali melihat ke atas sambil menggaruk kepala.

No comments:

Dimensi Tak Hingga © 2014