Belakangan ini hidupku terasa lebih bermakna, sering begadang untuk
mengerjakan tugas, interval tidur jadi lebih berkurang, dan result nya adalah, tugasku
menjadi maksimal, maksimal disini bisa memiliki banyak arti (multivariable, bergantung
pada variable state yang lebih dari satu), dan pemilihan state-state ini murni
individual, misal bekurangnya rasa bersalah karena telah mengerjakan tugas
dengan sungguh-sungguh, merasa menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi lebih
PD untuk bisa menyapamu, lalu main ke rumahmu, okeh kalimat terakhir mungkin memang
cuman teori. Semua ini mengantarkanku pada hipotesa bahwa performa index (PI) dari
tugas adalah tidur
Tidur:L(x,u)(let’s don’t pry deeper what the function look
like, padahal ini penting :/)
dimana L (tidur) ini haruslah diminimalkan (kenapa?), mungkin
konsep ini sangat terdengar absurd, tapi untuk orang sepertiku, yang terkena angin
sepoi-sepoi sedikit saja langsung tertidur (yups tidur adalah keahlianku), bisa
tidak tidur bagiku itu adalah pencapaian yang membanggakan.
Karena L ini adalah PI, semakin
kecil maka itu semakin bagus, dalam kasus ini
tentu saja. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana caranya menimalkan L. Karena L adalah fungsi dari x dan u, maka
mengubah nilai L bergatung pada nilai yang kita berikan sebagai
x dan u, x adalah state, state ini tidak bisa ‘secara langsung’ kita ubah
nilainya, sedangkan u adalah yang disebut sebagai input, input ini merupakan
rangsangan dari luar yang bisa kita atur nilainya secara langsung, berakibat
pada kita bisa mengatur nilai L. jadi
intinya adalah bagaimana kita memilih nilai u
yang dapat meminimalkan nilai L. tapi
sebelum itu, sekarang yang jadi pertanyaan adalah apa input itu, u, dirimu kah? Sepertinya bukan, kau
tau, karena glukosa membuat cepat mengantuk, padahal manismu lebih parah.
Untuk bisa tau inputnya apa, kita perlu tahu
lebih dalam tentang sistem yang akan kita berikan input tersebut. karena gak
mungkin, mobil kau kau kasih input air, atau cowok jones kau kasih cowok juga,
entahlah bisa berlaku mungkin kalau dia lgbt.
Sistemnya adalah tugas. Sedangkan sekarang bisa
diasumsikan bahwa aktuatornya (pengerja tugas) adalah diri kita sendiri (bisa
juga bayar orang lain), kita yang bergerak mengerjaka tugas, aktuator inilah
yang diberikan input. Input yang dapat membuat ‘melek’, dari semua pilihan yang
memungkinkan, dan paling setia menemani disaat galau dan gundah gulana,
pilihanku jatuh padamu, yups kau kopi (lebih spesifiknya sih caffein, btw
pemilihan
nya sembarangan lagi).
Tapi bukan berarti semakin besar
(semakin banyak kopi) maka itu semakin ‘bagus’.
Ada beberapa pertimbangan dan kendala yang perlu diperhatikan, seperti isi
dompet, kondisi metabolisme dll, yang mana harus memenuhi persamaan kendala
berikut
f(x,u)=0
disebut
sebagai equally constraint. kendala
ini bisa saja lebih dari satu, ambil misal metabolisme manusia, semakin banyak
(kopi) memang akan meminimalkan
(tidur) tapi
belum tentu bagus untuk metabolisme kita (btw aku pernah baca artikel bahwa
minum kopi 3-4 cangkir sehari mampu menurunkan resiko kematian dari pada yang
tidak minum, kecuali untuk wanita dan yang sedang hamil, ada di sciencedaily
kalau mau baca). Jadi haruslah dipilih
yang tepat sehingga semua itu tercapai:
minimal
dan memenuhi
. Tidur
minimal tapi masih baik untuk metabolisme.
Jadi, berapa cangkir sehari kira-kira? 3-4
cangkir sepertinya masih bisa ditoleransi. Yang penting sebelumnya sudah makan,
karena bagi yang punya asam lambung tinggi, maag dll, kopi sebelum makan bisa
melukai lambung, ini ditandai dengan feses yang disertai darah. Berarti
makannya kurang lebih 3 kali sehari juga. Bisa ga kira-kira? Mungkin kau pernah
juga mengalaminya, kalau lagi sedang serius, fokus mengerjakan sesuatu, atau
fokus bermalas-malasan, makan menjadi suatu hal yang relatif tidak penting,
akhirnya ditunda tunda sampai bikin pusing dan sakit lambung. Apalagi jika kau
anak kost + jones, makan mejadi suatu yang sangat mellow.
No comments:
Post a Comment