It’s been a
while I stop do writing. Sudah lama sih sebenarnya (atau enggak, kau tau bahwa
waktu itu relatif, ga perlu dibawa ke
teorinya bapak Albert Einsten, di psikologi juga ada teori time relativity, dan
itu disebut time perception. Intinya bahwa tiap orang punya persepsi waktunya
sendiri, dan persepsi ini juga bisa berganti tergantung pada event atau task
yang dialami/dikerjakan. pernah dengar “denganmu waktu terasa cepat berlalu,
tapi tanpamu sedetik serasa seabad” oh men. Itu memang terjadi, tapi masih
tanpa bukti, oke ga fokusnya memang seperti ini), mungkin sudah sekitar satu tahun (tugas, proposal, ujian dll
lewat hitungan ya), dan sekarang aku ingin lagi melakukannya, tapi karena aku termasuk
yang jadwalnya padat, untuk menulis lagi aku perlu mencoret salah satu
kegiatanku. it’s kinda hard, tapi aku harus mencoret kegiatan
scrolling-scrollingku di media sosial. I know, It
“… have(has) way too
much emotional value” ~mike wheeler, stranger things.
Medsos memang menyenangkan tapi terlalu banyak menghabiskan ram dan cachenya, wow, otakku sudah terlalu berat ditambah ads semacam itu. So mari kita lakukan. Coret scrolling-scrolling, *pray*. Akan terjatuh pada endless loop mungkin, install->uninstall->install->..., apalagi jika ada seseorang yang ingin kau tau kabarnya (stalker? :/), but let’s just observe it for while, then evaluate.
Kenapa aku ingin menulis lagi, mungkin itu pertanyaannya? karena mengobrol denganmu sangat menyenangkan. Itu salah satunya.
“but you’re just my imaginary friend, we have to remember that” Elliot Alderson – Mr. Robot.
juga, karena aku sekarang akademisi (setidakya aku menggapnya begitu), aku butuh menulis dan tentu saja dengan cara yang baik. Beberapa kali dapat teguran karena tulisanku pada beberapa kesempatan ada beberapa kata, yang disebut ‘sembarangan’, dan beberapa halaman isinya hanya formula dan grafik. Sometimes we just don’t want to talk, right? either textly or vocally. just too tired to exlplain. Kidding, I’m just too lazy :v.
untuk alasan
yang kedua, sebenarnya kurang tepat jika dilatihnya hanya dengan random talk seperti ini. academic
writing sedikit berbeda. Strict. Ada aturan-aturan baku yang perlu diikuti, dan
cara bagaimana menyampaikan ide kita yang kompleks, menjadi suatu yang mudah
dipahami. Ini butuh latihan, komitmen, dedikasi (apalagi?). tapi untuk permulaan,
mari lakukan sembarangan, tulis apa yang ingin ditulis, belajar menuangkan yang
ada di kepala kita menjadi kalimat utuh, mempunyai arti secara lafad, bukan
seperti “aku padamu” (apa? Jujur aku suka bingung dengan kalimat-kalimat
belakangan ini). tapi selanjutnya, aku harus mulai menyusun sistemnya supaya
maksimal. Asumsikan tulisan random-talk ini berjalan selama sebulan, dengan
minimal 4 tulisan, dan mungkin ini akan diadopsi untuk digunakan pada sistem ‘penulisan
serius, dalam satu bulan aku harus mulai membayangkan apa yang harus aku hasilkan
pada hari pertama, kedua sampai hari ketujuh dan membiasakannya, padahal, pernah
baca di artikel bahwa untuk membentuk kebiasaan baru rata-rata dibutuhkan 2 bulan (tepatnya
66 hari, kau bisa mencarinya), karena waktunya udah mepet, satu bulan semoga bisa
terbentuk. Jadi kira-kira seperti apa sistemnya, untuk pemanasan:
- Objektif/reference: mampu melelehkan pembaca dengan tulisan (too abstract ya :/)
- Parameter/state : kuantitas tulisan? Kualitas tulisan? Dua-duanya? Ini aja sebenarnya masih terlalu umum. Kalau kuantitas ngukurnya gampang, kalau kualitas ini yang susah, siapa yang mau nilai? Aku kan juga belajar, kalau yang nilai aku sendiri kan meragukan. Mungkin penilaiannya kita susun dulu (nyari-nyari lewat internet, setidaknya basik-basik dulu, paragraf pertama isinya apa, subbab kedua isinya apa dsb).
- Running time : 3-4 bulan
- Aktuator : aku sendiri
- Sensor : hati dan pikiran
- Kontroler : unknown/na
Sistem ini aku sesuaikan dengan sistem
kontrol, menyenyuaikan dengan keilmuanku sekarang. Teknisnya ga perlu
dijelaskan ya.
Selamat malam~
No comments:
Post a Comment